Menjenguk Farfar
Edisi: 34/11 / Tanggal : 1981-10-24 / Halaman : 44 / Rubrik : SEL / Penulis :
DARI Kairo merentang ke selatan. Jauh ke selatan, masuk perbatasan Sudan dan menembus negeri-negeri Afrika timur--sambil memotong garis katulistiwa. Sekitar 750 mil dari ibukota Mesir, Sungai Nil yang tua pelan-pelan melemparkan hampir seluruh hijau-hijauan dataran sekelilingnya--dan mengiris gurun sahara yang menjadi begitu tajam perbedaannya. Hanya di pinggir-pinggir sungai terdapat warna yang segar. Selebihnya padang pasir yang purba.
Tapi itulah pusat kehidupan Mesir. Hanya di daerah-daerah sekitar sungai penduduk memadat: kota-kota membujur rapat dari utara ke arah udik di selatan. Sampai tiba di bendungan Aswan--yang mengubah Lembah Nubia yang kering menjadi Danau Nasser, memanjang 195 mil ke perbatasan Sudan.
Lebih 34 juta jumlahnya penduduk negeri yang ditinggalkan Anwar Sadat ini. Dan hanya bagian kecil saja yang tinggal di daerah yang jauh lebih luas. Yakni yang lebih jauh dari sungai, disebut sebagai Gurun Timur (plus Semenanjung Sinai) dan Gurun Barat yang membentang sampai ke Libya.
Betapapun gurun yang timur masih lumayan. Di sana terlapat berbagai wadi, sungai-sungai kering yang akan berair bila Nil mengirim banjir. Juga Sinai. Tapi yang sebelah barat? Hanya fatamorgana. Tak ada lembah basah, dan jangan mimpi air terjun. Hanya rahmat Tuhan, yang kadang-kadang aneh, rupanya dibuktikan dengan memancarkan beberapa oasis alias wahah: mata air yang tahu-tahu saja muncul--dan tumbuhlah pohon-pohon.
Di situlah hidup berbagai kabilah udik, sangat udik. Jalan kereta maupun bis hanya ada sekitar Nil--kecuali sejak beberapa lama, sebagai rintisan.
Malah sejak masa-masa yang akhir mulai digali sumber air bawah tanah -- untuk gurun-gurun Kharijah, Dakhilah, Farafirah, Bahriyah dan Siwah. Kerja itu dinamai 'Proyek Lembah Baru'.
Dari kelima gurun itu, yang berpenduduk total hanya 63 ribu (perkiraan 1970), Lembah Farafirah (Farfar) terhitung yang paling kecil --dan paling susah dicapai. Lembah Siwah memang kelihatan yang paling jauh. Tapi gurun di perbatasan Libya itu terhitung dekat dengan Marsa Matruh, ibukota provinsi. Baru di hari-hari kemarin saja Farfar mulai dibuka--meski daerah ini sebenarnya sudah punya hubungan lalu-lintas di zaman kuno.
Malah sebenarnya ada jalan jalan kecil yang dibangun Libya tahun 1900-an, untuk memerangi Mesir dari arah barat. Sebelum terjadi hubungan modern sekarang, pengembara Libya acap melalui lembah ini. Jual-beli pun lantas terjadi. Tak perlu orang Farfar menjual ternaknya jauh-jauh ke Abu Ruash atau Kardasah. Malah para ahli sejarah sendiri mencatat orang Farfar sebenarnya keturunan Libya dan Mesir.
Nah. Dua wartawan majalah Al Mushawwar, Kairo, Batsinah Al Bieli dan Syauqi Mushthafa, menjenguknya Agustus lalu. Tentu mereka tak menempuh jalan Libya itu--kalaupun masih ada. Mereka bertolak dari Kairo. "Jangan ditanya perjalanan yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…