Pujangga Baru: Yang Lama Telah Mati

Edisi: 01/37 / Tanggal : 2008-03-02 / Halaman : 72 / Rubrik : LAY / Penulis : Suyono, Seno Joko, Septian, Anton,


Harga Langganan: f 1,25. Tiga boelan, dibajar lebih doeloe. Alamat Administrasi: Gang Kesehatan VII No.3, Batavia-C. Karangan dialamatkan: Armijn Pane, Taman Siswa, Kemajoran 42, Bat-C.

JULI, 1934. Majalah Pujangga Baru memasuki tahun kedua. Harga tetap, seperti ketika terbit perdana, Juli 1933. Dalam kata pengantar peringatan satu tahun itu Sutan Takdir menulis bahwa sesungguhnya, ketika hendak menerbitkan majalah ini, terbetik perasaan waswas, apakah majalah ”berat” ini bisa bertahan lama.

”Baiklah kami katakan teroes-terang, bahwa ketika kami menjelenggarakan Poedjangga Baroe nomor pertama setahoen jang laloe, kami masih sangsi tentang pandjang atau pendeknja oesia madjalah ini…. Soal jang menjebabkan sangsi kami itoe ialah: telah tjoekoepkah minat ra’jat Indonesia akan bahasa dan kesoesastraan, akan seni serta bahagian keboedajaan jang lain, sehingga dapat ia menghidoepkan seboeah madjalah seperti Poedjangga Baroe ini?”

Pujangga Baru didirikan Takdir bersama Armijn Pane dan Amir Hamzah. Pada Juli 1933 itu, mereka masih muda belia. Takdir 25 tahun, Armijn 25, dan Amir 22. Majalah itu diniatkan sebagai ”motor pembaharuan”, ruang yang memberi tempat seluas-luasnya bagi ekspresi individu yang bebas dalam sastra, dan pada refleksi antikekolotan kebudayaan. Aktivitas sastra bagi mereka bukan sesuatu yang bisa ditunda-tunda sampai Indonesia merdeka.

Awal pertemuan tiga serangkai ini adalah tatkala Takdir menjabat redaktur kepala Panji Pustaka, majalah terbitan Balai Pustaka. Dalam majalah itu, sejak 8 Maret 1932, Takdir mengetengahkan rubrik khusus: Oentoek Memadjoekan Kesoesastraan. Lembar itu semacam forum bagi penulis yang menulis dengan gaya baru; yang bukan bercorak kesusastraan lama seperti pantun, syair, gurindam, gazal, masnawi, atau hikayat.

Amir dan Armijn kerap mengirim sajak ke lembar itu. Amir Hamzah saat itu bersekolah di AMS-A (Algemeene Middelbare School) Solo, Armijn wartawan harian Soeara Oemoem, Surabaya. Keduanya lantas menjadi sahabat pena Takdir. Mereka semakin karib ketika Amir dan Armijn pindah ke Jakarta: Amir meneruskan studi ke sekolah hakim tinggi dan Armijn bekerja di Taman Siswa.

Takdir mengajak mereka membuat satu majalah sastra bulanan di luar Balai Pustaka. Nama yang mereka pikirkan tidak langsung Pujangga Baru. ”Mula-mula namanya majalah Bahasa dan Sastra, sesudah itu Sastra oentoek membentoek keboedajaan baroe,” kata Takdir dalam sebuah wawancara.

Lewat perantaraan F. Dahler, salah satu kepala Balai Pustaka, mereka dihubungkan dengan Percetakan Kolff, sebuah percetakan besar di Pecenongan, Jakarta.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…