Rocker Tua Yang Masih Melengking

Edisi: 01/37 / Tanggal : 2008-03-02 / Halaman : 132 / Rubrik : HB / Penulis : Shahab, Idrus F., ,

Conga, bongo, timbale, aneka macam simbal, dan lain-lain. Tambur pipih berlapis kulit binatang yang mengeluarkan bunyi nyaring dengan intonasi tinggi, rebana, pelbagai perkusi dari logam dan kayu yang menimbulkan bunyi ritmis berkepanjangan dan menerbitkan bunyi gemerincing, semua ditabuh bareng-bareng. Dan simsalabim, suasana massal yang nyaris anarkis itu pun tak terelakkan lagi ketika bunyi sempritan peluit polisi lalu-lintas sekonyong-konyong ”memotong” ritme yang bergemuruh itu.

Ya, Samba Ole musik yang menerjang seperti air bah, tak terbendung. Dan Singapura yang masyarakat penontonnya dikenal dingin terhadap segalanya yang mengalir dari panggung pertunjukan itu pun tak kuasa menangkal sihir ini. Di Indoor Stadium Singapura yang sanggup menampung 8.000 penonton, Senin malam pekan lalu, Carlos Santana dan sepuluh personel kelompoknya berhasil ”menyadarkan” semua bahwa musik berakar dari irama. Dan sekonyong-konyong audiens ini pun tidak mampu terpaku diam di tempat duduknya.

Samba Ole adalah musik yang bersahaja. Ada segelintir nada yang berkeliaran pada garis melodinya yang ”kurus” dan selalu diulang-ulang itu. Mula-mula dalam tangga nada mayor, kemudian—masih dalam format yang sama—dalam tangga nada minor. Ya, sepotong melodi yang begitu gampang terekam di dalam benak setiap orang yang hadir dalam ruangan raksasa dan berpendingin bagus itu. Perkusi yang dipegang Rekow dan Perazzo memimpin di depan, sedangkan terompet di…

Keywords: -

---

Foto Terkait