Kerikil Itu Bernama Batu Bara

Edisi: 02/37 / Tanggal : 2008-03-09 / Halaman : 106 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Susanto, Heri, ,

Ini seperti tikus kelaparan di lumbung padi. Produksi batu bara Indonesia melimpah. Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga menjadi pembeli terbesar batu bara di Indonesia. Tapi, itu semua tak menjamin pasokan batu bara mengalir lancar ke pembangkit-pembangkit PLN. Tiga kali dalam setahun terakhir, suplai batu bara terganggu, yakni pada Maret 2007, Desember 2007, dan Februari 2008.

Ini membuat stok batu bara di sejumlah pembangkit menipis. Pemadaman bergilir pun tak terelakkan. Pelanggan, terutama dunia usaha, gerah sepanjang dua pekan terakhir. Cerita kelam ini tentu bukan tanpa alasan. Di kalangan produsen, kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia, Soedjoko Tirtosoekotjo, PLN dikenal bukan pembeli idaman. Perusahaan listrik milik negara itu identik dengan harga murah, telat membayar, dan birokrasi panjang.

Perusahaan listrik negara itu tak bisa dibandingkan dengan pembeli dari mancanegara. Mereka bukan saja berani membeli dengan harga mahal, tapi juga membayar lebih awal melalui bank koresponden meski pengiriman batu bara belum sampai di tangan mereka. ”Bahkan beberapa pemburu batu bara dari India berani menyimpan deposit jutaan dolar,” Komisaris Utama PLN Alhilal Hamdi menambahkan.

Itulah yang membuat posisi tawar PLN lemah. Direktur Utama PLN, Eddie Widiono, mengakui bahwa, meskipun perusahaan yang dipimpinnya menjadi pembeli domestik terbesar, ia tidak…

Keywords: -

---

Foto Terkait