Mahathir Mohamad: Saya Tak Boleh Bicara Di Umno

Edisi: 04/37 / Tanggal : 2008-03-23 / Halaman : 44 / Rubrik : WAW / Penulis : Patria, Nezar, Priyanto, Andree,


DI Malaysia, politik belum bebas dari Mahathir. Ketika suara Barisan Nasional anjlok pada pemilu pekan lalu, para pendukung politik Melayu serta-merta merindukan Mahathir Mohamad, perdana menteri keempat Malaysia. Banyak yang cemas, kekalahan itu merupakan isyarat kebangkrutan United Malays National Organization (UMNO), kendaraan politik Melayu yang telah berkuasa lebih dari setengah abad.

Pada 1970, Mahathir menulis The Malay Dilemma, yang memperkuat keabsahan ”Ketuanan Melayu (The Malay Dominance)” di Malaysia. Sampai kini, dia tetap mempercayai gagasan itu. Itu sebabnya, saat suara UMNO digembosi oposisi, ”Dr M”—begitu Mahathir biasa disapa—mengeluarkan kritik tajam. Dia menggelar jumpa pers dari rumahnya di Alor Setar, Kedah. ”Badawi harus bertanggung jawab,” ujarnya.

Maka elite partai Melayu itu pun seperti cacing mencari tanah basah. Suara Mahathir dianggap memojokkan kepemimpinan Abdullah Badawi, bekas wakilnya. Pendukung Badawi di UMNO kontan menggelar rapat dan menyatakan ”Pak Lah” tetap sebagai pemimpin partai. Lalu paduan suara berdengung lagi di Barisan Nasional, koalisi 14 partai yang dipimpin UMNO; mereka menyokong kembali Badawi sebagai perdana menteri. Reaksi itu justru menegaskan betapa kuatnya pengaruh Mahathir kendati telah lima tahun lengser dari kekuasaan.

Mahathir kini 83 tahun. Jantungnya baru saja dibedah lagi. ”Ini kedua kalinya,” ujarnya. Tapi pikirannya masih jernih. Dia kerap membaca novel dan buku sejarah, sampai pukul 12 malam. Olahraga berkuda yang digemarinya sudah dia tinggalkan. Kini dia sedang menyusun otobiografi setebal 600-an halaman. ”Saya menulis dengan tangan, tak biasa mengetik,” ujarnya.

Mengapa dia kini setuju pers bebas tapi tetap mendukung politik perkauman? Tepat sehari sebelum pemilu ke-12 Malaysia berlangsung, wartawan Tempo Nezar Patria dan Andree Priyanto menemui Mahathir di rumahnya, di Alor Setar, Kedah, Malaysia, Jumat pekan lalu. Berikut ini petikan wawancara dengan salah satu pemimpin terlama di Asia Tenggara itu.

Faktor apa yang membuat rakyat Malaysia cenderung tak lagi menyokong Barisan Nasional?

Saya kira faktor tak puas hati dengan cara kepemimpinan. Kalau faktor ekonomi, rakyat tak begitu paham. Ekonomi Malaysia masih tumbuh pesat, 6 persen per tahun. Yang mereka rasakan dan pahami adalah soal kenaikan harga barang, terutama harga minyak. Mereka akan menunjukkan perasaan itu lewat pemilu.

Anwar Ibrahim mengatakan akan menurunkan harga minyak begitu dia terpilih. Mungkinkah hal itu dilakukan?

Kalau dia menang pemilu dan membentuk pemerintahan, barulah dia boleh menyentuh harga…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…