Setelah Petani Jadi Penjaga Pinus

Edisi: 06/37 / Tanggal : 2008-04-06 / Halaman : 51 / Rubrik : LIN / Penulis : Yanuar, Yudono, Bintariadi, Bibin,

Setahun lalu Yasin adalah lelaki paruh baya yang menggantungkan hidup hanya pada panen jagung dan singkong. Jumlahnya tak seberapa, lahan pun pinjaman dari Perhutani. Kini, lihatlah penampilannya saat ditemui awal Maret lalu di Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Dengan fasih, ia bercerita panjang-lebar tentang fungsi, peluang, dan ancaman berbagai tanaman. ”Ini adalah pohon pinus atau Pinus merkusii. Bisa diambil getahnya dan mudah terbakar,” kata Yasin, 55 tahun.

Petani itu berbicara ilmiah dengan rombongan wartawan yang mengunjunginya di hutan pendidikan di Dayurejo. Yayasan Kaliandra Sejati-lah yang meningkatkan status Yasin dan tujuh temannya hingga mereka tak hanya menjadi petani penggarap, tapi juga pemandu dan penjaga hutan. Yayasan ini berhasil membuktikan pentingnya pemberdayaan masyarakat sekitar untuk menjaga keutuhan hutan.

Upaya Kaliandra itu dilakukan setelah hutan Dayurejo porak-poranda dijarah massa saat Reformasi pada 1998 hingga 2000. Tak ada lagi pohon pinus berumur puluhan tahun. Semua ditebang habis. Padahal kawasan di kaki Gunung Arjuno itu adalah bagian dari Taman Hutan Raya Soeryo, yang merupakan daerah tangkapan air penting di Jawa Timur. Sejumlah sungai yang mengalir di daerah Malang, Pasuruan, Surabaya, Mojokerto, dan Jombang berhulu di wilayah ini.

Perhutani kemudian merawat kawasan bekas penjarahan itu. Pinus-pinus kecil mulai ditanam sejak 2002, tapi baru sebagian kecil yang bisa dihijaukan. Sebagian besar…

Keywords: -

---

Foto Terkait