Jawa Kontrak Di Sarawak

Edisi: 06/37 / Tanggal : 2008-04-06 / Halaman : 61 / Rubrik : SEL / Penulis : Sunudyantoro, ,

Di Sarawak, Malaysia, berdiam sekitar 50 ribu jiwa komunitas Jawa. Mereka keturunan kuli kontrak yang dibawa perusahaan Belanda lalu dipindah tangan ke perusahaan Inggris untuk bekerja di perkebunan karet. Jawa kuli kontrak tiba di sana pada akhir 1800-an hingga tahun 1940-an. Anak cucu mereka berbahasa Jawa ngoko (kasar). Generasi tua masih bisa menulis dalam huruf Jawa, suka wayang, ketoprak, dan tayub. Anak mudanya keranjingan goyang ngebor Inul Daratista, lagu pop Indonesia, dan Didi Kempot. Selama sepekan, pada akhir Februari dan awal Maret lalu, Sunudyantoro dari Tempo mampir kampung Jawa Desa Sri Arjuna dan Sri Mupakat, Sarawak. Berikut catatan kunjungan itu.

Tegur sapa dan canda hangat berbahasa Jawa itu terdengar di mana-mana tatkala komunitas Jawa di Sarawak berkumpul dalam acara pernikahan di Desa Sri Arjuna, Jalan Pernissen, 18 kilometer dari jantung Kota Kuching, Sarawak. Orang mengenal desa itu Kampung Jawa. Di sinilah anak-cucu kuli kontrak Jawa yang tiba di Sarawak akhir 1800-an hingga 1940-an menganyam hidup.

Pada Ahad pekan pertama Maret silam, seorang warga bernama Jamaludin menikahkan anaknya. Hajat nikah keluarga ini tak ubahnya pesta kawin di desa-desa Pulau Jawa. Lelaki berpakaian resmi, baju batik atau koko berpeci. Hanya, tak lagi dijumpai perempuan Jawa mengenakan kebaya plus sanggul. Kebanyakan perempuan Jawa Sarawak suka berpakaian resmi Malaysia, baju kurung plus kerudung. Pengantin Jawa Sarawak, siang itu, berbusana Melayu. Jamaludin pun mengenakan pakaian Melayu.

Terop (tenda) sederhana berdiri di samping rumah Jamaludin. Tamu lelaki dan perempuan, seperti juga pesta nikah di desa-desa Pulau Jawa, dipisah, walau tanpa tabir. Mereka menyalami tuan rumah seraya menyodorkan amplop, tentu berisi uang. Lalu, tuan rumah menyilakan tamu bersantap. Makanan terhidang di meja panjang. Ada nasi, sayur tempe kuah, opor ayam,…

Keywords: -

---

Foto Terkait