Oetarjo Diran: Semua Lini Tak Melakukan Tugas Dengan Baik

Edisi: 06/37 / Tanggal : 2008-04-06 / Halaman : 126 / Rubrik : WAW / Penulis : Dewanto, Nugroho, Adityo, Dimas,


Kotak hitam itu membuka misteri di balik jatuhnya pesawat Boeing 737-400 Adam Air pada 1 Januari 2007. Selasa pekan lalu, pemerintah dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengumumkan penyebab kecelakaan transportasi yang menelan korban 102 jiwa tersebut: kombinasi kerusakan instrumen navigasi inertial reference system dan kegagalan awak pesawat memonitor instrumen penerbangan.

Rusaknya instrumen navigasi pesawat dengan nomor penerbangan DHI 574 rute Surabaya-Manado itu membuat pilot dan kopilot sibuk berdiskusi di kabin untuk memperbaikinya. Selama sembilan menit, keduanya berfokus pada kerusakan sehingga tak memperhatikan kemudi pesawat. Perlahan tapi pasti ”burung besi” itu miring ke kanan. Saat kemiringan mencapai 60 derajat, kedua awak kokpit gagal mengembalikan posisi pesawat yang sudah keburu lepas kendali. Fatal akibatnya. Pesawat itu akhirnya menukik, jatuh, dan tenggelam di perairan Majene, Sulawesi Barat.

Bersamaan dengan pengumuman penyebab terjadinya kecelakaan, pemerintah mencabut izin operasional maskapai penerbangan yang resminya bernama Adam SkyConnection Airlines tersebut. Inilah pertama kalinya pemerintah tercatat berani bertindak tegas terhadap maskapai yang dianggap lalai menaati aturan keselamatan penerbangan.

Tiap kali bicara tentang mala di udara, satu sosok tak bisa dilewatkan. Dia adalah Oetarjo Diran. Pakar penerbangan ini pernah ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi anggota Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi, yang diketuai bekas Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim. Tim tersebut dibentuk Presiden pada Januari 2007, tak lama setelah petaka terjadi.

Seluk-beluk dunia penerbangan bukan hal yang asing bagi Oetarjo. Di almamaternya, Institut Teknologi Bandung, ia menjadi guru besar ilmu penerbangan. Profesor berusia 74 tahun ini juga pernah menjadi Ketua Lembaga Keselamatan Penerbangan Dalam Negeri, yang kemudian diubah namanya menjadi Komite Nasional Keselamatan Transportasi.

Rabu pekan lalu, pendiri Jurusan Teknik Penerbangan ITB sekaligus perancang pesawat produksi dalam negeri CN-235 ini menerima Nugroho Dewanto dan Dimas Adityo dari Tempo di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…