Sofjan Wanandi: Tak Mungkin Serahkan Nasib Kepada Pemerintah

Edisi: 07/37 / Tanggal : 2008-04-13 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Dewanto, Nugroho,


Dulu dia dikenal sebagai pengusaha bermodal jaket kuning. Terjun ke dunia usaha setelah menjadi aktivis mahasiswa pada 1960-an, bisnis Sofjan Wanandi segera menggurita. Dia antara lain memiliki pabrik lem, suku cadang kendaraan bermotor, dan aki yang berada di dalam maupun luar negeri.

Setelah lama berada di belakang layar, sejak lima tahun lalu Sofjan tampil ke depan memimpin Asosiasi Pengusaha Indonesia alias Apindo yang sebelumnya tidur lelap. Tak seperti kebanyakan pengusaha yang low profile, Sofjan membawa gaya baru dalam memimpin Apindo. Dia bergerak lincah menjalin kontak dengan aktivis buruh ataupun pejabat pemerintah, membicarakan solusi terbaik dalam hubungan industrial.

Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan pengusaha-pekerja di Indonesia seperti kucing dan tikus. Pengusaha berhati-hati terhadap buruh karena khawatir mendapat sanksi sesuai dengan peraturan. Mereka memakai lebih banyak mesin dan mengurangi tenaga kerja. Demi menghindari membayar pesangon, mereka menggunakan pekerja kontrak dan outsourcing. Situasi itu sesungguhnya membuat kedua belah pihak merugi. Buruh tak memperoleh kepastian kerja. Pengusaha harus melepas karyawannya tiap dua tahun padahal telah susah payah melatih.

Sofjan berusaha menjembatani perbedaan itu dengan memelopori terjalinnya kesepakatan bipartit antara pengusaha dan pekerja. Kesepakatan itu intinya mengatur agar perselisihan di antara keduanya terlebih dulu diselesaikan lewat perundingan tanpa melibatkan pihak luar. Sebuah kesepakatan yang didukung penuh Menteri Tenaga Kerja Erman Soeparno.

Rabu pekan lalu, Sofjan menerima Nugroho Dewanto, M. Taufiqurrahman, Grace S. Gandhi, dan Munawaroh dari Tempo di kantor Apindo, Gedung GRI, Jakarta Selatan. Sebuah buket anggrek bulan ucapan selamat atas terpilihnya kembali sebagai Ketua Apindo menghiasi meja kerjanya. ”Ini bakti terakhir untuk bangsa sebelum aku mati,” ujarnya. Di usia ke-67, Sofjan tak berubah. Dia masih menggebu-gebu dan bersuara lantang menjelaskan kondisi dunia usaha. Berikut ini petikannya.

Ekonomi dunia mengalami kelesuan karena berbagai masalah pasar modal dan properti di Amerika Serikat. Apa dampaknya bagi dunia usaha di Indonesia?

Yang paling menakutkan bila ekonomi Amerika lesu adalah larinya barang produksi Cina. Sekarang ini pasar ekspor terbesar produk Cina adalah ke Amerika. Terus ke mana Cina akan jual barangnya? Salah satunya ke Indonesia, yang rakyatnya 220 juta. Tanpa Cina melakukan dumping saja kita sudah kalah bersaing. Produk Cina itu sudah menguasai pasar di Mangga Dua, Jakarta, sampai outlet di Bandung. Sementara itu, Indonesia sudah tidak bisa menjual barang ke…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…