Menurut Sumber Yang Layak Dipercaya...
Edisi: 45/12 / Tanggal : 1983-01-08 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :
SEORANG wartawan tentu pernah menerima nasihat basi ini: dapatkan informasi itu dari siapa pun. Dari si tuan atau si nyonya. Dari si sinyo ataupun si non. Kalau gagal, dapatkan dari babunya, kokinya, tukang kebunnya. Masih gagal? Berhenti saja jadi wartawan.
Biasanya, memang, kalau berbagai sumber itu dihubungi, jarang yang gagal. Cuma acapkali sumber jarang mau disebut identitasnya -- takut kena getahnya, atau karena berbagai alasan lain. Maka agar berita tidak dianggap pembaca sebagai hasil lamunan, terpaksalah sang wartawan memakai ungkapan ini: "Menurut sumber yang layak dipercaya . . . " Atau, "Sumber kita yang tak mau disebut namanya ...."
Satu hari, di bulan November lalu, The New York Times memuat di halaman depannya tiga karangan berikut penjelasan dari berbagai pihak. Dan menurut pengamatan David Shaw dari International Herald Tribune, mereka telah memakai berbagai ungkapan yang menyembunyikan identitas sumbernya. Misalnya: 'seorang duta besar negeri Barat', 'seorang diplomat Barat', 'seorang wartawan lokal yang terkemuka', 'sumber kepolisian', 'seorang pejabat Deplu', 'pejabat pemerintah', 'pejabat pemerintah yang lain', dan 'pejabat senior pemerintah'.
Pada minggu yang sama, Los Angeles Times menerbitkan sekitar dua puluh tulisan, yang juga menyembunyikan para pemberi informasi. Sebagai gantinya disebut: 'seotng diplomat', 'sejumlah pengecam', 'pejabat Pentagon', 'seorang pejabat', 'seorang pejabat senior', 'para pejabat pemerintah', 'sebuah sumber Gedung Putih', 'sebuah sumber di serikat buruh', 'sumber-sumber', 'sumber lain', 'sebuah sumber', 'berbagai sumber', dan 'sumber yang mengetahui'.
Waktu-waktu berikutnya, The Washington Post memuat sembilan karangan memakai ungkapan-ungkapan yang mirip: 'para pejabat AS', 'para diplomat Barat', 'sumber-sumber diplomatik', 'sumber-sumber setengah resmi', 'seorang pejabat AS', 'para pejabat yang mengetahui', 'seorang pejabat Deparlu', 'para pejabat senior Deparlu', dan 'sumber-sumber resmi'.
Shaw, yang mangkal di Los Angeles itu, mengaku mengangkat contoh-contoh tersebut secara serabutan saja. Masih banyak contoh lain yang katanya "bisa dipungut saban hari di surat kabar di seluruh AS yang secara rutin mengutip berbagai sumber tanpa menyebut nama. Ini fakta," dan menurut dia, The New York Times ternyata lebih hati-hati -- lebih terbatas ketimbang surat-surat kabar lainnya dalam menyebut sumber-sumber yang tak beridentitas itu.
Surat kabar ini, katanya, tidak gegabah. Para redakturnya lebih mantap dalam pertimbangan jika umpamanya hendak memakai ungkapan 'para pejabat negeri Barat' dan 'para pejabat senior pemerintah'. "Mereka memberikan kepada pembacanya isyarat-isyarat, betapa pun samarnya, tentang kemungkinan keterikatan dan kecondongan sumber yang bersangkutan," tulis Shaw.
Berbeda dengan The New York Times yang senantiasa berusaha memberikan identifikasi sumber-sumber beritanya ('seorang pejabat Deparlu' misalnya, tidak terlalu spesifik), surat-surat kabar lain kurang kena dalam mencantelkan atribut--seperti hanya 'sumber-sumber' atau 'sumber-sumber resmi'. Menurut yang empunya kisah, "mereka tidak memberikan petunjuk-petunjuk kepada para pembacanya, sejauh mana kredibilitas keterangan yang diberikan. Atau kemungkinan vested interest si sumber berita".
Para pembaca juga tampaknya kurang waspada atau kurang kritis terhadap berita yang disuguhkan, yang sumber beritanya 'entah siapa'. Pada hal sering tidak cukup dijelaskan di sana, mengapa sang sumber tidak ingin namanya disebut.
Lalu Shaw bertanya: "Coba, siapa sesungguhnya 'seorang intelek' yang dikutip dalam laporan Chicago Tribune 7 November? Di situ orang tersebut dikatakan memberikan komentar tentang Partai Kelembagaan Revolusioner Meksiko dengan kata-kata: "Mereka lebih menyukaimu sebagai anteknya, membeli sikap opposisimu. Dan jika itu tak mempan, mereka akan mencoba menakut-nakutimu."
Dan siapa pula 'seorang pejabat AS' yang dikutip kantor berita AP 2 November, yang konon setelah bertemu dengan para anggota Kongres mengatakan: "setiap orang tampaknya mendukung "keputusan Presiden Ronald Reagan yang mengizinkan marinir AS menjalankan patroli terbatas di jalan-jalan Beirut Barat"?
Lalu, apakah 'pejabat' dan 'intelek' tersebut benar-benar tahu apa yang mereka bicarakan? Punyakah mereka alasan pribadi dan politik terhadap pandangan yang ingin mereka umumkan itu bahkan, jika kedua sumber itu bias (berpihak), bagaimana caranya supaya para pembaca tahu?
"Itulah kesulitan yang sebenarnya dihadapi pembaca saban hari," tulis Shaw bagai…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…