Para Pemburu Dolar

Edisi: 10/37 / Tanggal : 2008-05-04 / Halaman : 78 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : M. Taufiqurohman, Bektiati, Bina, Taufik, Ahmad

ASTRIDA Navayette merasa beruntung. Tiga setengah tahun lalu, saat duduk di semester akhir Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia mendapat panggilan kerja di firma hukum Lubis-Ganie-Surowidjojo. Padahal skripsi yang sedang dia susun belum disidangkan. Kesempatan bekerja sebelum lulus itu tidak dia sia-siakan. Apalagi tawaran itu datang dari salah satu firma incaran para sarjana hukum.

Dia memulai sebagai legal trainee. Pekerjaannya menerjemahkan dokumen, merangkum peraturan, dan membuat memo. Sederhana saja. Lama-kelamaan tugasnya meningkat. Astrida mulai terlibat transaksi, melakukan legal audit, hingga menganalisis struktur transaksi perusahaan klien. Belum empat tahun bekerja, ia sudah punya predikat mentereng, associate lawyer. ”Saya enggak menyangka bisa jadi seperti ini,” ujarnya kepada Tempo.

Dida, panggilan akrab Astrida, mungkin hanya satu dari sederet lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang beruntung memetik hasil sebagai associate lawyer. Gajinya mencapai US$ 2.000 atau hampir Rp 20 juta sebulan. Ini di luar bonus dan sejumlah fasilitas lain. Dida mengaku apa yang dia dapat ini sepadan dengan prestasinya.

Di masa kuliahnya pada 2004, wanita 26 tahun ini pernah mewakili universitasnya mengikuti International Rounds of the Philip C. Jessup International Law Moot Court di Washington, DC, Amerika Serikat. Ini lomba peradilan semu internasional tingkat universitas. Dida lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,04.

Arief Surowidjojo, pemimpin firma Lubis-Ganie-Surowidjojo, mengatakan kantornya memang mematok indeks prestasi di atas 3 bagi sarjana hukum yang ingin bekerja…

Keywords: -

---

Foto Terkait