Kini Madu, Dulu Residu

Edisi: 10/37 / Tanggal : 2008-05-04 / Halaman : 82 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : M. Taufiqurohman, Bektiati, Bina, Taufik, Ahmad

Dia memang istimewa. Tatkala kuliahnya memasuki semester kedelapan, perusahaan minyak nomor tiga terbesar di Cina, China National Offshore Oil Corporation, melamarnya. Tapi hatinya tak tergerak.

Diah Agustina, begitu nama gadis kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur, ini, ingin menjadi orang lapangan dan sedang sibuk memupuk kemampuannya sebagai ahli pengeboran. Diah akhirnya lulus dengan predikat sangat memuaskan—dengan indeks prestasi kumulatif 3,32—dan memutuskan ikut proyek dosennya selama setahun.

Menghadapi pasar kerja, Diah, kini 31 tahun, memang pede luar biasa. Dia kuliah di program studi Teknik Perminyakan Fakultas Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung. Di sana rekrutmen dengan model ”ijon” bukan hal luar biasa. Perusahaan-perusahaan besar berebut mahasiswa yang bersedia bekerja di ladang minyak luar negeri selepas kuliah, dengan gaji melambung: minimal US$ 5.000 (sekitar Rp 50 juta). ”Sekitar 25 persen lulusan memilih opsi itu,” ujar Rudi Rubiandini, pengajar di program studi itu.

Di sanalah, ExxonMobil Oil Indonesia, anak usaha ExxonMobil Corporation—perusahaan minyak terbesar di dunia dengan revenue lebih besar daripada pendapatan kotor Arab Saudi—misalnya, mengincar mahasiswa tingkat akhir yang memiliki nilai prestasi kumulatif di atas 3,0. Vice President Public Affair ExxonMobil Oil Indonesia Maman Budiman mengatakan bukan cuma perusahaannya yang mengincar bibit unggul ini. Jadi, ”Di sana kami bersaing mencari yang terbaik,” ujarnya.

Maka hampir semua perusahaan minyak memiliki ”kaki” di institut tertua di Indonesia ini.…

Keywords: -

---

Foto Terkait