Magnet Kampus Stovia

Edisi: 10/37 / Tanggal : 2008-05-04 / Halaman : 96 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : M. Taufiqurohman, Bektiati, Bina, Taufik, Ahmad


Alldila Hendi punya pengalaman penting: bisa berhubungan langsung dengan pasien pada tahun kedua kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ”Padahal mahasiswa sebelumnya baru berkontak dengan pasien di tingkat keempat,” ujar mahasiswa angkatan 2005 itu.

Ketua senat mahasiswa di fakultasnya itu me-nyatakan telah lima kali mengikuti pengenalan instalasi gawat darurat dini. Awalnya ia mengalami kesulitan. Beberapa pertanyaan sulit ia ajukan ke pasien, sesuatu yang ”tabu” dilakukan. Tapi selanjutnya lancar. Ia pun menyelesaikan modul respirasi, empati, pertolongan pertama kegawatan dan kedaruratan jantung, serta keterampilan klinik dasar.

Dari pengalaman ia belajar. Mulanya ia bingung menanyakan kemampuan pasien membiayai pengobatan. Ia takut sang pasien tersinggung. Kini ia tahu caranya, ”Sekarang saya tanya: punya Askeskin—asuransi kesehatan untuk rakyat miskin—tidak?”

Percepatan hubungan mahasiswa dengan pasien itu dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak 2005. Cetak birunya: kurikulum berbasis kompetensi. Sistem ini dipadu dengan metode yang mereka rumuskan sebagai ”terpusat pada mahasiswa, pemecahan masalah, kesatuan ilmu kedokteran, berbasis pada masyarakat, terjun dini ke lapangan, dan menjalankan modul sesuai tahapan”. Beberapa mata kuliah pun diajarkan melalui pengalaman langsung.

Inilah pembenahan fakultas yang cikal bakalnya bermula pada masa kolonial itu. Kampus ini berdiri pada Januari 1851 dengan nama awal Pendidikan Dokter Jawa. Pemerintah kolonial menamainya School tot Opleiding von Indische Artsen, nama bekennya Stovia. Beberapa tokoh pergerakan na-sional merupakan mahasiswa kampus ini, termasuk pendiri Boedi Oetomo pada 1908: dokter Wahidin Sudirohusodo dan Cipto Mangunkusumo.

Fakultas Kedokteran ini diincar para lulusan sekolah menengah atas. Hanya menampung 270 mahasiswa baru per tahun, ribuan peminat terpaksa memilih yang lain. Ada banyak magnet penarik. Misalnya, ”Fasilitasnya terbaik dan lengkap,” kata Budi Wiweko, Manajer Operasional Klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ia lulus fakultas itu 12 tahun lalu. Kini ia dokter spesialis bayi tabung.

Menaldi Rasmin, dekan fakultas itu, mengklaim biaya kuliah di kampusnya juga relatif murah. Tawaran beasiswa pun tak sedikit. Dokter spesialis paru-paru ini menyebutkan mahasiswa reguler dibebani uang pangkal Rp 25 juta plus Rp 425 ribu. Biaya ini dibayar pada semester awal saja. ”Bisa dihapus jika berasal dari keluarga kurang mampu,” ia menambahkan. Biaya kuliah Rp 1,5 juta per semester, yang tahun ajaran depan kabarnya akan naik menjadi Rp 7,5 juta per semester.

Fakultas ini menyediakan sepersepuluh kursi cuma-cuma dari total kursi yang ada. Menurut Menaldi, biaya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05

Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…

M
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05

Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…

C
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05

Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…