Sebuah Industri Di Lapangan Hijau
Edisi: 14/37 / Tanggal : 2008-06-01 / Halaman : 53 / Rubrik : OR / Penulis : Budiman, Irfan, ,
TANGISNYA tetap terdengar bahkan hingga ruang ganti setelah pertandingan usai. Saat pemain lain mengepak barang, John Terry masih sesenggukan. Matanya sembap, hidungnya mampat. Ricardo Carvalho, pemain belakang Chelsea, mengaku kehabisan akal untuk menghentikan tangis sang kapten. âKami tak bisa menyetopnya,â katanya sembari geleng-geleng kepala. Avram Grant, sang manajer, tak kurang gigih. Kalimat penghibur disemburkannya. Gagal. âDia tak juga mau bicara. Dia sangat sedih dan hanya bisa menangis,â papar si gendut asal Israel itu.
Menghadapi partai final Liga Champions, semua pemain Chelsea sudah berlatih menendang penalti. Selama sepekan Terry termasuk yang melakukannya dengan sempurna. Tapi, memang, dalam latihan itu tidak ada penonton. Tak ada rumput basah.
Gara-gara rumput basah, Terry, yang semula begitu anggun dan percaya diri saat menghadapi titik 12 pas, tiba-tiba terpeleset. Bola yang disepaknya mengapung dan melenceng. Sejak itulah air matanya tak pernah berhenti menggenang. Apalagi setelah tendangan terakhir dari Nicholas Anelka dapat diblok kiper Manchester United, Edwin van der Sar. Terry pun merasa menjadi penyebab kekalahan Chelsea.
Di tribun, bos besar klub ini, saudagar minyak Roman Abramovich, langsung menutup wajahnya saat Terry gagal mengeksekusi tendangan penalti.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…