Zero Terbang Ke Ceko, Bravo

Edisi: 17/37 / Tanggal : 2008-06-22 / Halaman : 60 / Rubrik : TER / Penulis : Syu’bah Asa , ,


Pada akhirnya yang unggul adalah teater nonverbal. Pementasan Putu Wijaya pada 7 Juni di Gedung Kesenian Jakarta, yang diberi judul Nol (diterjemahkan: Zero), tidak disebut teater (istilah yang mencakup semua yang dekat dengan pengertian lakon) barangkali karena tiadanya kelengkapan segala unsur tontonan yang diperlukan. Terpenting, tidak ada dialog. Sama sekali. Yang ada hanya beberapa lenguhan atau lengkingan, beberapa kali hardikan ”hosysy!”, dan terakhir sekali sebuah nyanyian Tanah Air yang sendu diiringi membukanya gulungan layar di lantai panggung dan dari dalamnya keluar sebarisan anak muda yang memekik gembira bersama-sama: ”In-do-ne-sia!” (di sini, anehnya, orang bisa menangis).

Ini teater layar-layar, lampu-lampu, dan bayangan-bayangan. Panggung terus-menerus bergerak dalam warna yang kesan keseluruhannya antara merah tua dan merah bara. Dengarkan saja tuturan Putu Wijaya ketika menjawab pertanyaan saya, sehabis pementasan, tentang rangsang pertama yang masuk…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…