Wah Golf! Pertandingan Kejuaraan...

Edisi: 42/13 / Tanggal : 1983-12-17 / Halaman : 70 / Rubrik : OR / Penulis :


SELAMA empat hari, 8 s/d 11 Desember 1983, mata dunia tertuju ke Pondok Indah, sebuah areal seluas 60 hektar dengan fairway sepanjang 6,3 km. Turnamen Golf Dunia ke-30 telah berlangsung di sini dengan semarak, berkat sponsor Rp 500 juta dari American Express Bank dan Xerox, berikut kelihaian tiga pawang hujan. Tercatat 32 negara peserta diwakili 64 pemain yang berkompetisi seraya menjelajah kawasan berbukit-bukit landai, dialiri beberapa anak sungai.

Jembatan gantung bercat merah akan terlihat dari kejauhan, begitu pula pondok-pondok kecil, ataupun bunker yang menghampar di tempat-tempat tak terduga. Di Pondok Indah, tiap tee-box dikawal sebuah patung kayu dengan gaya pahatan primitif. Di situ tertera jarak (dalam yards) urutan dan hole.

Tapi, yang paling memukau dari semua ialah 18 green, yang rumputnya hijau sempurna, mulus tiada tara. Tak seorang pun luput memuji padang golf ini, baik pemain maupun pengurus IGA (International Golf Association).

Dengan beberapa aliran sungai di sisi fairway yang lurus membujur, medannya cukup menantang, setidaknya menuntut intuisi dan akurasi. Jerry Anderson, pemain Kanada, terkena satu penalti pada hari keempat karena bolanya mental ke sungai. Bola pemain Australia sempat hook, melenceng ke kiri, jatuh antara rumpun pohon hingga terbuang sekian belas menit untuk menemukannya.

Ada green yang permukaannya miring, sedikit beralun, hingga bola, meskipun digulirkan John Cook, belum tentu masuk lubang. Namun, pemain Belanda Wilfred Lemmens berhasil mengirimkan pukulan hole in one pada hari ketiga. Siapa sangka, pemain Belanda yang kurang diperhitungkan ini bisa menggondol hadiah Rp 10 juta berkat pukulannya itu.

Golf adalah olah raga tenang yang, konon, selalu menawarkan jebakan dan kejutan. Munkin karena itu banyak ibu-ibu dan bapak-bapak panitia yang tidak segan bertugas melancarkan turnamen. Mereka ini umumnya pemain golf yang mempunyai waktu dan tenaga supaya bisa menyaksikan dari dekat mutu permainan golf yang datang dari delapan penjuru angin.

Bila saat putting, mereka segera mengacungkan papan bertuliskan "keep quiet" dan "no camera". Atau kemudian menghalo-halo penonton, juga mencatat ini-itu seperti dilakukan para ibu. Turnamen ini digunakan mereka untuk belajar mengamati sing, putting, dan sebagainya. Dan sebagainya. Mengapa? Tak lain arena golf termasuk olah raga yang sukar ditaklukkan. Seperti kata Ibnu Sutowo "Makin lama saya berlatih, rasanya semakin bodoh saja."

Untuk olah raga mewah, yang jika dihitung secara…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…