Kencangkan Ikat Pinggang, Perkuat...
Edisi: 46/13 / Tanggal : 1984-01-14 / Halaman : 68 / Rubrik : EB / Penulis :
DI bawah cuaca mendung hari-hari ini di Jakarta, 9 Januari, Presiden Soeharto merasa perlu mengulangi anjurannya agar rakyat tetap prihatim dan mengeratkan ikat pinggang. Mulai membaiknya kegiatan ekonomi di sejumlah negara industri, kata Kepala Negara mengantarkan penjelasan pemerintah mengenai Nota Keuangan dan RAPBN 1984-1985 di DPR, belumlah merupakan perbaikan mendasar bagi struktur ekonomi dunia. "Perkembangan selanjutnya tetap perlu kita ikuti secermat-cermatnya, agar kita tidak terlalu menaruh harapan yang bukan-bukan," kata Presiden.
Peringatan itu penting dikemukakan mengingat situasi ekonomi di luar negeri demikian besar mempengaruhi penerimaan pemerintah. Melemahnya permintaan minyak dewasa ini, kata Presiden, menyebabkan penerimaan dari sektor itu tidak bisa diharapkan meningkat terlalu besar. Karena itu, untuk RAPBN 1984-1985 ini, ancar-ancar penerimaan dari komoditi strategis tadi hanya akan bertambah 12,6%, atau naik dari Rp 7,9 trilyun jadi Rp 8,8 trilyun. Perkiraan penerimaan itu tentu akan mudah dicapai jika harga minyak OPEC mantap US$ 29 per barel, dan kuota resmi Indonesia tetap 1,3 juta barel sehari, ditambah 100.000 barel sehari, untuk jenis kondensat, yang oleh OPEC dianggap sebagai setengah minyak mentah.
Karena alasan itulah, pemerintah kemudian berusaha meningkatkan penerimaan di luar minyak dan gas alam cair (LNG). Langkah pertama dilakukan dengan memperbarui ketentuan perpajakan. Dari hasil pembaruan ini, penerimaan di luar migas itu diharapkan naik (16,7%) dari Rp 4,9 trilyun jadi Rp 5,7 trilyun untuk tahun anggaran mendatang. Baru dalam jangka dua-tiga tahun lagi, pembaruan perpajakan itu terasa pengaruhnya bagi penerimaan nonmigas.
Usaha menggenjot penerimaan dari sektor itu dipandang mendesak untuk dilakukan. Selama Repelita IV ini, yang tahun pertamanya dimulai pada 1984-1985, penerimaan nonmigas itu diharapkan bakal naik secara berangsur hingga, untuk 1988-1989 nanti, porsinya akan mencapai 45% dari seluruh penerimaan dalam negeri. Upaya melepaskan ketergantungan dari mimyak tentu harus dllakukan mengingat pasar untuk komoditi strategis ini belakangan kelihatan makin goyang.
Selama Repelita IV itu, beban yang dihadapi pemerintah cukup berat. Angka pertumbuhan rata-rata 5% setahun harus dicapai untuk menciptakan lapangan kerja bagi sembilan juta orang. Selama itu pula, laju pertumbuhan penduduk perlu ditekan dengan rata-rata 2%., jika ingin meraih kenaikan produksi nasional nyata per jiwa sekitar 3% setahun. Untuk meraih pertumbuhan sebesar itu, kata Kepala Negara, pertumbuhan sektor industri perlu diusahakan agar berlangsung lebih cepat daripada sektor pertanian. Diharapkannya, dalam jangka lima tahun tadi, sektor industri akan tumbuh rata-rata 9,5%, sedangkan sektor pertanian sekitar 3% setahun.
Tapi memasuki tahun pertama Repelita IV ini, penerimaan pemerintah tidak lagi segemilang Pelita III. Bahkan pada akhir Pelita III, di tahun anggaran berjalan ini, pemerintah terpaksa melakukan serentetan tindakan moneter dan pengetatan anggaran. Dengan angka pertumbuhan 2,2%, pada 1983 itu, tidak banyak hasil dicapai pemerintah. Rencana pemerintah melakukan swasembada bahan baku untuk…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…