Anies Baswedan: Kaum Moderat Perlu Militan Juga

Edisi: 21/37 / Tanggal : 2008-07-20 / Halaman : 149 / Rubrik : WAW / Penulis : Dewanto, Nugroho, Gandhi, Grace S., Erlangga, Yugha


Dinobatkan Freedom House—lembaga tangki pemikir Amerika Serikat—tahun lalu sebagai satu-satunya negara demokrasi di Asia Tenggara, Indonesia agaknya belum bisa menepuk dada. Maraknya aksi unjuk rasa disertai kekerasan menjadi salah satu sinyal bahwa demokrasi belum mapan sepenuhnya.

Saluran aspirasi yang macet serta keraguan sebagian kelompok masyarakat menerima nilai-nilai demokrasi merupakan kendala lain yang perlu diwaspadai. Untuk itu, Anies Baswedan mengkaji perlunya memperbaiki tatanan kelembagaan agar demokrasi bisa berfungsi dengan baik dan menjadi mapan.

Intelektual muda ini tahun lalu terpilih menjadi Rektor Universitas Paramadina. Semula ia menekuni bidang ekonomi, tapi lama-kelamaan minatnya bergeser ke bidang politik. Sebuah bidang yang sesungguhnya memang lebih akrab dengan latar belakang keluarganya.

Anies masih terhitung cucu A.R. Baswedan, seorang tokoh Masyumi yang pernah menjadi Wakil Menteri Penerangan di awal kemerdekaan. ”Padahal kakek saya dulu sebetulnya lebih dekat dengan kalangan Partai Sosialis Indonesia,” ujarnya.

Rabu pekan lalu, Anies menerima Nugroho Dewanto, Grace S. Gandhi, dan Yugha Erlangga dari Tempo di kampus Universitas Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Di ruang kerja yang sederhana, dengan embusan angin dari penyejuk udara yang tak terlalu dingin, kami membicarakan prospek demokrasi dan pelbagai kendalanya. Berikut ini petikannya.

Dalam proses berdemokrasi, kadang-kadang orang tidak sabar dan berujung pada kekerasan. Apakah hal semacam itu wajar atau justru bisa menjadi bumerang yang membunuh demokrasi?

Salah satu faktor yang membuat orang tidak sabar adalah tak adanya peluang untuk melakukan perubahan. Itu bisa terjadi kalau elite politik membentuk kartel. Orang kecewa, lalu muncul parlemen jalanan karena aspirasinya tersumbat. Tapi itu tidak mengancam demokrasi secara langsung. Kecuali bila kekerasan datang dari kubu militer atau kalangan ekstremis. Tapi saya tidak melihat hal itu eksis di Indonesia.

Ketika demokrasi belum mapan, bukankah kekerasan bisa menjadi ancaman? Apalagi bila kekerasan dilakukan oleh kelompok-kelompok yang sesungguhnya tak percaya pada demokrasi?

Di setiap bangsa dan zaman selalu ada orang-orang yang menolak…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…