Palu Arit, Bintang Bulan, Dan Tan
Edisi: 25/37 / Tanggal : 2008-08-17 / Halaman : 52 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Yos Rizal Suriaji, Yandhrie Arvian, Philipus Parera
SEMARANG, 25 Desember 1921. Malam semakin larut, namun suhu dalam Kongres II Partai Komunis Indonesia malah memanas. Selain udara pengap oleh 1.500 orang peserta, hawa dalam ruangan juga tambah panas akibat pidato Abdul Muis, anggota Central Sarekat Islam. Dia mengungkit silat kata antara Partai Komunis dan beberapa tokoh Sarekat tentang Pan-Islam, beberapa bulan sebelumnya. Muis juga mengungkap lagi kritik Komunis Internasional terhadap gerakan Pan-Islam yang didukung sebagian anggota Sarekat.
Padahal, beberapa menit sebelumnya, Ibrahim Datuk Tan Malaka, telah mengingatkan perlunya persatuan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam. Menurut Tan, yang baru terpilih sebagai Ketua Partai Komunis, kedua partai semestinya bersatu karena tujuannya sama: mengusir imperialis Belanda.
Di mata Tan, silang pendapat kedua partai hanyalah bagian dari politik pecah belah imperialis. âKalau perbedaan Islamisme dan komunisme kita perdalam dan kita lebih-lebihkan, kita memberikan kesempatan kepada musuh yang terus mengintai untuk melumpuhkan gerakan Indonesia,â katanya. Pendapat Tan ini didukung Kiai Haji Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah di Sarekat Islam. Menurut Hadikusumo, mereka yang memecah-belah persatuan rakyat berarti bukan muslim sejati.
l l l
Ketika mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereniging alias Perhimpunan Sosial Demokrasi di Hindia pada 9 Mei 1914, semula Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet tidak ingin terlibat politik. Dia ingin sekadar mempropagandakan sosialisme. Namun, ketika Perhimpunan yang mayoritas anggotanya orang Belanda di Hindia makin terlibat dalam politik lokal, kebutuhan melebarkan pengaruh pun makin besar.
Usaha pertamanya menggalang kerja sama dengan Insulinde bubar dalam setahun. Sneevliet, yang semula begitu terpesona dengan karisma Dr Tjipto Mangunkusumo, pemimpin Insulinde, gagal menyeret Tjipto ke âkiriâ. Belakangan, Sneevliet bahkan mengkritik Tjipto. âDia kurang memihak kelas proletar,â katanya.
Pada saat hubungan dengan Insulinde putus, sebenarnya Perhimpunan sudah mulai melirik Sarekat Islam. Jalur masuk ke Sarekat ini terbuka lewat Suharsikin, istri pemimpin Sarekat, Haji Omar Said Tjokroaminoto. Suharsikinlah pengelola rumah indekos yang ditempati Alimin, Musso, Soekarno, dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…