Asghar Ali Engineer: Surga Bukan Monopoli Muslim

Edisi: 26/37 / Tanggal : 2008-08-24 / Halaman : 123 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Iqbal Muhtarom,


DI dunia muslim, Asghar Ali Engineer dikenal gigih memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Dia juga memberikan perhatian pada nasib orang miskin yang dipinggirkan karena struktur sosial yang timpang. Mereka, mengutip sosiolog Iran, Ali Syariati, disebutnya sebagai orang yang tertindas. Asghar Ali tak cuma bicara. Dia sendiri memimpin komunitas Syiah Ismailiyah Bohra yang cukup terkenal di India.

Belakangan, Asghar Ali kerap menyuarakan pentingnya hubungan saling menghormati antarpemeluk agama berbeda. Dalam konteks India, tanah airnya yang acap diwarnai konflik antara pemeluk Hindu dan Islam, suaranya amat berarti. Untuk dedikasi mendorong toleransi, dia memperoleh penghargaan harmoni komunal dari pemerintah India pada 1997.

Asghar Ali lahir dari keluarga santri. Dia belajar bahasa Arab dari ayahnya, Syekh Qurban Husain. Dia juga mendapat pendidikan sekuler hingga memperoleh gelar sarjana teknik sipil dari University of Indore.

Pekan lalu, bersama sejumlah cendekiawan dari kawasan Asia Selatan, Asghar Ali berkunjung ke Indonesia. Ia menyampaikan ceramah tentang Islam dan negara bangsa serta bertemu dengan sejumlah cendekiawan Islam Indonesia, antara lain bekas presiden Abdurrahman Wahid. Di sela kunjungan itu, Asghar Ali menerima Nugroho Dewanto dan Iqbal Muhtarom dari Tempo.

Mengapa belakangan Anda kerap menulis soal teologi perdamaian dan pluralisme religius?

Saya bahkan menulis buku tentang masalah itu. Kedua isu tersebut sangat penting saat ini, ketika terorisme terjadi di mana-mana dan muncul kesalahpahaman bahwa Islam mendukung perang serta kekerasan lewat jihad. Padahal Islam sesungguhnya mendukung perdamaian. Seorang muslim menyapa dengan ucapan assalamualaikum, yang berarti kedamaian untuk Anda. Begitu pentingnya konsep damai dalam Islam sehingga banyak disebut dalam Quran dan hadis. Perang dalam Islam memiliki konteks semata untuk bertahan. Nabi mengatakan perang suci adalah jihad kecil, sedangkan memerangi hawa nafsu merupakan jihad besar.

Dari mana kesalahpahaman ini dimulai?

Ketika kerajaan ditegakkan atas nama Islam, para penguasa menyebut perang memperebutkan wilayah sebagai jihad. Arti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…