Menyuruk Di Bibir Waduk

Edisi: 09/21 / Tanggal : 1991-04-27 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :


Masih sekitar 500 keluarga bertahan di Kedungombo. Beberapa hanya
menggeser-geserkan rumahnya mengikuti genangan air, sampai lima kali. Mengapa
mereka tak mau pindah?

; RUMAH itu mestinya tak layak dihuni. Dalam bangunan seluas 4 x 5 meter dengan
tinggi hanya satu setengah meter itulah, Triyanto dengan enam saudaranya plus
kedua orangtuanya tinggal. Inilah yang kelima kalinya mereka menggeserkan
rumahnya, semenjak lokasi rumahnya yang pertama dulu -kini diperkirakan
berada di dasar waduk -tenggelam.

; Setiap kali air Bendungan Kedungombo itu naik, warga Kampung Mlangi itu
menggeser rumahnya lebih ke atas. Itu dilakukannya berkali-kali sehingga yang
terlihat kini -juga umumnya bangunan sekitar 300 warga lainnya -seperti
permukiman liar bak perkampungan para tunawisma.

; Rumah-rumah di sana terlihat dibangun "asal saja". Dindingnya terbuat dari
papan kasar. Dan beberapa di antaranya ada yang beratapkan rumbia. Maklum,
tempat hunian itu dibangun dari bahan-bahan sisa yang diambil dari rumah lama
yang terpaksa digeser mengikuti permukaan air yang terus naik.

; "Kami sebetulnya berharap pada hari Lebaran ini air waduk akan surut sehingga
kami bisa merayakan Hari Raya di gubuk lama yang lebih luas," kata Triyanto,
23 tahun, pekan lalu. Tapi keinginannya tak kesampaian.

; Lain lagi dengan Sukiran, 31 tahun. Sejak rumahnya tergenang air, duda
beranak satu itu lebih suka memilih ngembul alias menumpang di rumah
saudaranya, daripada "menggotong" rumahnya yang lama. Para warga Mlangi ini
termasuk mereka yang masih enggan pindah ke tempat yang disediakan pemerintah.

; Memang, tak semuanya bertahan di bibir waduk. Ada yang rela menyingkir dari
tanah kelahirannya itu -sebagian menganggapnya sebagai tanah leluhurnya --
setelah mengantungi uang ganti rugi. Ada juga yang tergusur dengan rasa gusar.
Ada juga yang sudah menerima ganti rugi, tapi belum mau hengkang dari daerah
genangan karena berharap bakal menerima uang ganti rugi yang lebih layak alias
lebih besar.

; Ada yang protes, dan gemanya sampai ke telinga pejabat di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?