Sengsara Di Dasar Rantai Makanan
Edisi: 30/37 / Tanggal : 2008-09-21 / Halaman : 94 / Rubrik : EB / Penulis : Muchamad Nafi, Soetana Monang,
RUMPUT tumbuh lebat di kebun sawit Syafruddin. Sudah tiga pekan pria 53 tahun itu membiarkan gulma menutupi enam hektare lahannya. Dia tak sendiri. Di kampungnya, Air Hitam, Kecamatan Gebang, Langkat, Sumatera Utara, hampir semua petani sawit bersikap sama.
Uang yang menjadi pangkal soal. Syafruddin kini tak kuat mengupah pembabat ilalang, gara-gara harga sawit terus turun dalam dua bulan terakhir. Padahal, agar kebunnya bersih dari gulma yang mengganggu produktivitas kelapa sawitnya, ia perlu mempekerjakan tiga orang. Masing-masing mendapat upah Rp 250 ribu per bulan.
Hingga paruh pertama tahun ini, upah sebesar itu cuma uang receh bagi ayah empat anak ini. Harga sawit segar kala itu menjulang. Pada Maret, misalnya, satu kilogramnya dijual Rp 1.600. Karena setiap hektare menghasilkan enam ton sawit segar, pendapatan lelaki itu mencapai Rp 19,2 juta per bulan, setara dengan gaji seorang direktur jenderal di departemen. Faktanya, dari panen sawit ketika itu, petani yang menanam pohon palem-paleman sejak 10 tahun silam ini bisa membeli kebun sawit baru seluas satu hektare.
Petaka datang pada awal Agustus. Gara-garanya, harga minyak sawit mentah (crude palm oil) jatuh bebas.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…