Kabut Kudeta Lin Biao

Edisi: 22/14 / Tanggal : 1984-07-28 / Halaman : 39 / Rubrik : SEL / Penulis :


DI tengah proses perintisan hubungan AS-RRC, 1971, terbetik berita samar: sebuah pesawat jet Trident buatan Inggris, milik RRC, jatuh di wilayah Mongolia. Kemudian menyusul berita lain: perayaan 1 Oktober, yang biasanya diselenggarakan besar-besaran, ditiadakan. Ditambah ini: desas-desus tentang Lin Biao yang hilang dari peredaran.

Akhir November tahun itu pers Barat mulai mencium kelainan di sekitar lingkungan pengambil keputusan di Beijing. "Lin Biao diperkirakan meninggal," tulis Washington Post di halaman pertama. Berita itu termasuk di antara yang paling dini mengungkapkan kematian Lin. Diceritakan pula, marsekal Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) Cina itu terlibat usaha membunuh Mao Zhedong.

Namun, upaya pengungkapan lebih jauh terbentur pada keputusan presiden AS (waktu itu) Richard M. Nixon. Berusaha melicinkan proyek kunjungannya ke RRC, Nixon melarang semua aparat pemerintah yang berhubungan dengan kasus Cina berbicara kepada pers. Meski disertai kecemasan menyimak perkembangan terakhir, membangun hubungan baik dengan Cina bagi Nixon merupakan masalah penting. Bukan saja ditilik dari strategi global memecah kekuatan komunis, melainkan juga secara taktis diharap akan membantu kelancaran penarikan mundur pasukan AS dari Vietnam. Tambahan pula, berita kunjungan menggemparkan yang akan disiarkan seluruh jaringan pers dan TV itu pasti menambah popularitas Nixon menghadapi saat pemilihan presiden berikutnya.

Sementara itu para pengamat terhadap Cina, dan pers Barat, yang memusatkan kegiatan monitornya di Hong Kong, tak juga berhasil melacak pergolakan di Daratan. Pernyataan resmi mengenai Lin Biao memang mulai mengalir, dengan amat seret, dari Beijing. Kenyataan lain yang bisa di ikuti: sejumlah pejabat puncak pada copot dari jabatan di dalam Partai Komunis Cina (PKC). Mereka adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Huang Yongsheng, KSAU Wu Faxian, Komisaris Politik Angkatan Laut Li Zuopeng, dan Kepala Logistik Qiu Huiuo.

Pada 13 Januari 1972 muncul penjelasan resmi terbatas - lanjutan pengumuman berturut-turut dengan judul Materi Kejahatan Klik Anti-Partai Lin Biao bagian 1, 2, dan 3. Di situ disebutkan "Usaha membunuh Mao Zhedong oleh 'Proyek 571' yang digerakkan Lin Liguo, putra Lin Biao". Ketika persekongkolan itu terbongkar, demikian dikatakan, "Lin Biao berusaha lari ke Uni Soviet dengan pesawat udara, dan tewas ketika pesawatnya jatuh di daerah Republik Rakyat Mongolia." Selesai.

Juni 1972, terbit laporan resmi berjudul BuktiBukti Kejahatan Kup Kontra-Revolusi oleh Klik AntiPartai Lin Biao. Laporan ini berisi "pengakuan, hasil pemeriksaan, rekaman telepon, surat, nota, catatan harian, dan bahan lain sebagai bukti kejahatan Lin Biao." Setiap anggota PKC mendapat seberkas copy laporan itu, dengan pesan tak boleh membicarakan isinya dengan orang di luar Partai.

Isinya tidak banyak berbeda dengan pernyataan, selentingan, dan sas-sus sebelumnya. Konon, sejak pertikaian terbuka Mao-Lin pada Kongres PKC di Lushan, Lin Biao mulai membangun komplotan untuk menumbangkan Mao. Komplotan ini didukung sebagian besar pimpinan inti AB Cina.

Lin Liguo, yang punya kelompok tempur elite AU dengan nama sandi "Armada Gabungan" dan "Proyek 571", merencanakan peledakan kereta api yang akan ditumpangi Mao dalam perjalanan inspeksi ke daerah selatan. Rencana itu tercium. Mao mendadak pulang ke Beijing.

Mengetahui kegagalan ini Lin Biao memutuskan memindahkan persiapan ke Guangzhou. Tapi, begitulah terjadi, anak perempuan Lin Biao, Lin Liheng, memberi tahu PM Zhou Enlai tentang persekongkolan ayahnya. Zhou segera mengumumkan larangan terbang ke seluruh pangkalan udara RRC, tapi sebuah pesawat Trident bernomor 256 sempat lolos - membawa Lin Biao beserta istri serta Lin Liguo menuju Uni Soviet.

Pesawat itu jatuh di Ondorhan, sebelah timur Ulan Bator. Tujuh mayat lelaki dan satu wanita, yang ditemukan bersama puing pesawat, dikuburkan disekitar tempat kejadian. Demikian kurang lebih isi laporan resmi tadi. Begitu pula cerita yang sampai kini dibenarkan pihak resmi di Beijing.

Tapi beberapa bulan lalu Penerbit Alfred A. Knopf - bekerja sama dengan Random House - mengeluarkan buku berjudul The Conspiracy and Death of Lin Biao. Penulisnya, memakai nama samaran Yao Ming-Le, menyuguhkan versi lain. Kata pengantar ditulis oleh Stanley Karnow, wartawan Amerika dan ahli masalah Cina, penulis buku Mao and China (1972).

The Conspiracy berusaha menjawab sejumlah pertanyaan di sekitar kematian Lin dan usahanya menggulingkan Mao. Banyak hal mencurigakan memang. Misalnya, mungkinkah Lin Biao, marsekal yang tangguh itu, menyerahkan soal besar kepada Lin Liguo yang masih hijau? Benarkah hanya karena mendengar Mao mendadak pulang ke Beijing, Lin Biao - yang didukung hampir segenap jajaran AB Cina - tunggang langgang ke Guangzhou? Betulkah pesawat yang digunakan kehabisan bahan bakar? Mengapa pula jenazah korban "kecelakaan" dikuburkan di tempat kejadian, menyalahi kebiasaan selama ini?

* * *

Dari penampilannya, Lin Biao lebih mirip sarjana. Tubuhnya tidak besar, parasnya pucat, cara berpakaiannya sederhana. Hanya bila menatap matanya orang sadar kekuatan marsekal itu. "Mata itu mencerminkan ketetapan hati, bersinar jernih dan tenang, dipayungi sepasang alis hitam tebal," tulis Yao Ming-Le, yang mengaku penduduk RRC. "Kepercayaan pada diri sendiri adalah elemen terkuat pada watak Lin Biao."

Stalin memuji Lin Biao sebagai "panglima paling terkemuka di Cina yang kecerdasan dan keberaniannya tak tersaingi". Chiang Kai-shek menjulukinya "setan perang, orang yang selalu memegang kunci rahasia kemenangan di tiap pertempuran". Mao Zhedong sendiri menyebut Lin "marsekal tanpa -tandingan".

Nama Lin Biao melejit sejak ia memenangkan pertempuran besar di Pingxingguan, dalam periode Perang Anti-Jepang. Antara 1940 dan 1942 Lin berada di Moskow. Ada yang mengatakan ia berobat banyak pula yang menyebut ia menambah ilmu perangnya. Tapi, secara resmi, Lin menjadi penghubung antara Partai Komunis Cina dan Soviet.

Pulang ke tanah air, 1945 ia dikirim ke Manchuria untuk membangun Tentara Ke-4 yang kemudian menjadi bagian terkuat TPR Cina. Dari Manchuria Lin bergerak ke selatan, menyapu musuh-musuhnya dan memenangkan setiap pertempuran di Liaoning-Shenyang dan Beijing-Tanjin. Suksesnya di lanjutkan dengan memimpin penyeberangan Sungai Yangtse dan memenangkan rangkaian pertempuran di seluruh kawasan Cina Tengah dan Selatan. Pasukannya melaju dari Semenanjung Lei Zhou ke Pulau Hainan, menawan atau membunuh paling tidak 2,7 juta tentara Chiang Kai-shek. Sampai dengan runtuhnya kekuasaan Kuomintang, Lin memenangkan lebih dari separuh pertempuran di seluruh Daratan Cina.

Di kalangan atas komunis Cina ada kebiasaan memasukkan anak-anak ke dinas militer. Angkatan udara merupakan favorit. Terdiri dari putra-putra pilihan, AU RRC berkembang mengungguli angkatan lainnya, dengan pasukan paling terlatih, persenjataan paling modern, perbekalan dan fasilitas paling prima. Tak heran kalau Lin Biao juga memasukkan anak-anaknya ke sana.

Keluarga Lin Biao beranak dua: Lin Liheng, perempuan, dan Lin Liguo, lelaki. Lin Liheng masuk AU pada 1966, dan tiga tahun kemudian menjabat redaktur bagian penerbitan di situ. Lin Liguo lebih agresif daripada kakaknya. Ia mewarisi segala yang terbaik dari ibunya, sekaligus dua hal dari ayahnya: alis tebal dan ambisi.

Lin Liguo masuk AU pada usia 22, 1967. Empat tahun kemudian ia sudah wakil kepala Departemen Operasi AU RRC. Nyonya Lin Biao, Ye Qun, tidak khawatir mengenai karier anak-anaknya. Ia hanya risau memikirkan usaha mencari menantu yang baik, terutama untuk Lin Liguo. Untuk keperluan itu Ye Qun sampai mengundang campur tangan Wu Faxian, KSAU RRC. Ye Qun meminta sahabatnya itu membentuk "tim" yang khusus bertugas mencari dan meneliti calon pasangan Lin Liguo.

Tapi Lin Liguo ternyata pemuda yang jauh dari dewasa, naif dalam politik, dan sama sekali tidak tertarik pada urusan militer. Fasilitas istimewa dan perlakuan khusus membuat ia egoistis dan congkak. Sifat itu terbawa ke dalam pergaulan dengan para gadis.

Ia tidak tertarik pada usaha ibunya mencari menantu. Tak ada calon yang berkenan di hati Lin muda. Banyak yang berparas lumayan, tapi tidak cukup cantik. Ada yang anggun, tapi kurang pengalaman. Banyak pula yang manis, tapi tidak memesonakan.

Ketua "tim", Nyonya Wu Faxian, ikut pusing. Maka, ketika seorang wakil komisaris politik menyarankan supaya "tim" itu dipimpin sendiri oleh Lin Liguo, semua langsung setuju. Lin sendiri tidak merasa rugi menerima keputusan itu.

"Tim" itu kemudian terkenal dengan nama "Grup Shanghai". Salah seorang anggota "grup" yang paling disenangi Lin Liguo adalah Chen Lunhe, penerjemah Inggris pada Departemen Inteligen AU. Dari Chen Lunhe, Lin Liguo kemudian berkenalan dan mencandui - majalah Playboy dan Penthouse. Seorang kurir khusus ditugasi berbelanja majalah semacam ini di Hong Kong.

Sejak dipimpin Lin Liguo, tim pencari jodoh ini bekerja sangat agresif. Semua anggota tim mengantungi kartu pengenal yang dikeluarkan Komisi Militer. Kartu itu bagai jimat pamungkas - membuat anggotanya menerima berbagai kelapangan, terutama dari instansi militer dan keamanan.

Perburuan cewek idaman dipusatkan di kota-kota Shanghai, Hangzhou, dan Suzhou. Anggota tim menyebar ke tempat-tempat umum: teater, taman, pusat perbelanjaan, dan kadang-kadang lingkungan seni yang lain. Calon yang dipandang layak segera dicari nama dan alamatnya. Kemudian menyusul penyelidikan riwayat hidup dan asal usul keluarga. Panggilan bisa dilakukan melalui Komite Partai atau rekomendasi pejabat militer. Dengan undangan semacam itu, gadis-gadis tadi penuh sukacita menyediakan diri untuk "ujian" dan "wawancara".

Langkah berikutnya ialah pemeriksaan jasmani, acara yang paling dinikmati Lin Liguo. Tempat pemeriksaan terdiri dari dua ruangan dibatasi cermin yang tembus pandang sebalik. Dokter pemeriksa dan calon yang diperiksa tidak sadar bahwa tingkah laku mereka bisa diamati dari ruang sebelah. Atas nama Komisi Kontrol Militer, dokter dijemput malam hari dengan mobil bertirai. Begitu pula para calon. Mereka tidak tahu tempat pemeriksaan itu.

Ye Qun, ibu yang ambisius dan ingin mewariskan kekuasaan kepada putranya, sibuk memeriksa kemajuan usaha tim. Tapi kegiatan sang ibu malah membuat cemas Lin Liguo yang telanjur senang bermain harem-hareman. Karena itu Lin muda berbalik memata-matai ibunya. Ia menyadap pembicaraan telepon orangtuanya, dengan harapan menemukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata penangkis.

Dan suatu hari yang diharapkan muncul. Lin Liguo menangkap pembicaraan berbau asmara antara ibunya dan Huang Yongsheng. Tapi ketika Lin Liguo membuka rekaman pembicaraan itu di depan ibunya, Ye Qun bukannya terperanjat atau pucat pasi. Melainkan menasihati sang anak dengan suara datar bercampur geram. Lin Liguo terpesona.

Nasihat panjang itu diakhiri dengan ucapan Ye Qun, "Ini semua kita lakukan demi masa depanmu, Macan." Luruhlah hati Lin Liguo mendengar ibunya menggunakan panggilan kesayangan itu. Apalagi, nasihat panjang itu membukakan tabir gelap yang selama ini melindungi 1001 soal di belakang percaturan politik dan perebutan kekuasaan di Beijing.

Lin Liguo tahu kesehatan ayahnya memburuk. Hanya, ia tak sadar bahwa hal itu sekaligus berarti makin sempitnya kesempatan menggantikan Mao Zhedong. Ia tahu, ayahnya bersengketa dengan Mao, tapi ia tidak mengerti bahwa berselisih dengan singa tua itu berarti harus menang atau ditumpas. Ia juga tahu bahwa Huang Yongsheng, Wu Faxian, dan sejumlah pejabat inti militer merupakan kaki tangan setia ayahnya.

Ia segera sadar betapa gawatnya keadaan. Api kebenciannya terhadap Ketua Mao mulai menyala. Pikirannya kini terpusat pada usaha membunuh orang tua itu. Karena itu, begitu meraih jabatan wakil kepala Departemen Operasi AU, ia membangun kekuatan. Ia minta izin Wu Faxian mendirikan sebuah unit independen untuk kepentingan "riset dan penyidikan". Izin diberikan - dan unit inilah janin Grup Lin Liguo, yang terdiri dari prajurit pilihan, berani, terampil, dan bereputasi.

* * *

Di Markas Besar AU RRC ada sebuah berkas dengan cap "sangat rahasia". Dokumen Operasi No. 7051909 itu tersimpan dalam laci logam tahan api. Tak ada yang tahu isinya kecuali KSAU. Berkas itu memuat detail kegiatan gelap Lin Liguo, putra Menteri Pertahanan.

Pada akhir 1940-an, ketika pertama kali bertemu dengan Lin Biao, Wu Faxian adalah komandan pasukan berkekuatan 50.000-60.000 prajurit, bagian dari Tentara Ke-4 yang berkekuatan sejuta orang. Setelah RRC berdiri Wu menerima pangkat letnan jenderal, dengan tugas membantu kepala staf Tentara Ke-4 yang dipimpin Lin Biao. Dengan jabatan komisaris politik ia membantu Liu Yalou, yang kemudian menjadi KSAU pertama.

Di tengah Revolusi Kebudayaan Liu Yalou sakit keras. Lin Biao memilih Wu Faxian sebagai pengganti. Ia kemudian juga anggota Politbiro dan orang ketiga dalam jajaran hirarki TPR. Malahan masih dipercayai memegang jabatan lain: deputi KSAB dan orang kedua dari grup Administrasi Komisi Militer. Untuk semua kedudukan itu, ia mafhum, ia harus berterima kasih kepada Lin Biao.

Tetapi Wu prihatin melihat ambisi Ye Qun mengorbitkan Lin Liguo. Jabatan wakil kepala Departemen Operasi bukan main-main. Bila ada hal tidak beres di departemen itu, dia jugalah yang bakal terkena getah. Wu menemukan dirinya dalam posisi serba salah.

Maka, dalam upaya mengurangi beban, ia mencoba berbagai risiko. Dua bawahan yang pernah berutang budi kepadanya, Zhou Yuchi dan Yu Xinye, di tugasi mengamati Lin muda, dalam kedudukan resmi sebagai pembantunya. Penempatan kedua orang ini ternyata sukses: dalam waktu singkat Zhou Yuchi menjadi kepercayaan utama Lin Liguo.

Suatu hari Zhou Yuchi minta kesempatan bertemu dengan Wu Faxian untuk soal yang "sangat penting". Pertemuan itu hendaknya diatur di padang perburuan yang dijaga sekitarnya, dan yang pembicaraannya tidak mungkin disadap. Pulang dari padang perburuan, Wu memang tidak menjinjing seekor pun hewan buruan. Melainkan sebuah laporan yang sangat menggentarkan: Lin Liguo bersiap-siap menggulingkan dan membunuh Ketua Mao!

Secara lengkap komplotan itu diberi nama sandi "Proyek 571". Nama ini di ambil dari kata Wu Zhuan qi yi, yang berarti "pemberontakan bersenjata" dan kata itu bisa disingkat menjadi wu qi yi, atau "571". Zhou Yuchi ditugasi menjadi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…