Abiprayadi Riyanto: Bursa Sebaiknya Tetap Dibuka

Edisi: 34/37 / Tanggal : 2008-10-19 / Halaman : 115 / Rubrik : WAW / Penulis : Nugroho Dewanto, Padjar Iswara, Arif A. Kuswardono


EKONOMI dunia terbukti serapuh rumah lego. Surat utang macet sektor properti di Amerika Serikat meluruhkan perusahaan kakap sekelas Bear Stearns, Fannie Mae, Freddie Mac, dan terakhir Lehmann Brothers serta American International Group (AIG). Kebangkrutan sektor keuangan di Amerika ini langsung membuat dunia terancam krisis.

Lantai bursa dunia bergoyang seperti dilibas lindu. Tak terkecuali Bursa Efek Indonesia di Jakarta, yang Rabu pekan lalu terjun bebas hingga 10,38 persen ke posisi 1.451--angka terendah sejak September 2006. Pada 11.08, akhirnya diputuskan bursa tutup sementara. “Untuk mencegah kejatuhan harga saham lebih lanjut dan menenangkan pelaku pasar,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Hingga akhir pekan lalu, Bursa Efek Indonesia masih ditutup. Pemerintah merencanakan membuka kembali perdagangan saham pekan ini, seraya menyiapkan sejumlah langkah--antara lain dengan mengucurkan dana Rp 4 triliun untuk membeli saham sejumlah badan usaha milik negara. Pemerintah juga mengancam para “penyamun” di bursa yang diduga melakukan transaksi haram.

Di balik kepanikan itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pengelola Reksa Dana Indonesia, Abiprayadi Riyanto, mengimbau pelaku pasar tak risau. Situasi saat ini, menurut dia, justru membuka peluang bagi investor domestik. “Sekarang saatnya membeli saham murah,” Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi itu menambahkan.

Jumat pekan lalu, Nugroho Dewanto, Padjar Iswara, Arif A. Kuswardono, dan Bunga Manggiasih dari Tempo mewawancarai lulusan teknik sipil Universitas Gadjah Mada ini di kantornya di lantai 28 Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

Apa yang membuat bursa kita ambruk begitu buruk?

Sejak Juli 2007, kita sudah membaca krisis subprime di Amerika Serikat. Indonesia sudah terkena pengaruhnya sedikit-sedikit saat itu. Bangkrutnya Lehmann Brothers, sebelum Lebaran, membuat pasar turun signifikan, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Bank Fortis di Eropa terkena rush sampai harus dinasionalisasi. Karena investor kita ada dua, domestik dan asing, kita tidak bisa menghindari pengaruh itu. Investor asing ingin keluar, tapi saat itu bursa tutup karena Lebaran. Begitu buka lagi, Senin, mereka langsung check out. Pada hari kedua, Selasa, kita melihat gejalanya tidak tampak lagi. Kita pikir sudah tinggal investor domestik. Ternyata hari Rabu muncul lagi. Tapi ini mungkin karena faktor lain, akibat tindakan short-selling, memburu margin, mereka yang jatuh dan tidak bisa bayar. Mau nggak mau, broker yang memberikan pinjaman margin harus menjual, pada tingkat harga berapa pun. Akhirnya pasar…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…