Kompromi Demi Medali
Edisi: 36/37 / Tanggal : 2008-11-02 / Halaman : 89 / Rubrik : OR / Penulis : Irfan Budiman, Rofiqi Hasan, Andy Marhaendra
SEEMBER air tergolek di pojok arena pertandingan. Di sana juga nangkring sehelai handuk. Perkakas lainnya sebuah kacamata hitam. Itulah perlengkapan baru dalam olahraga pencak silat di arena Asian Beach Games pertama, pesta olahraga yang berlangsung pada 18-26 Oktober 2008 di Bali.
Air di ember dan sehelai handuk di Tanjung Benoa, Nusa Dua, itu tidak disediakan untuk mandi setelah mereka bertanding, tapi untuk membasuh mata yang terseruduk pasir saat berlaga.
Demi kenyamanan, dalihnya. Namun tawaran itu hampir ditampik para atlet. âRepot sering terlepas,â kata Suparniti, pesilat Indonesia, mengenai penggunaan âkacamata silatâ itu.
Pencak silat tiba-tiba menjadi olahraga yang merepotkan, sekaligus makin berisiko. Mereka yang bertanding tidak lagi hanya berkonsentrasi mengalahkan lawan dengan cepat, tapi juga harus menghindari âlawanâ lainnya, yakni butiran pasir yang bisa saja mampir di mata atau hidung.
Cedera juga mengancam. Labilnya kondisi pasir menjadi tantangan lain. âSulit berpijak kukuh,â kata Hamdani, atlet Indonesia, salah satu peraih emas pencak silat. Bila kurang hati-hati, kaki mereka gampang terpeleset dan terluka.
Demi medali, keselamatan atlet menjadi nomor dua. Pencak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…