New York, Suatu Hari

Edisi: 37/37 / Tanggal : 2008-11-09 / Halaman : 63 / Rubrik : IMZ / Penulis : Seno Joko Suyono, ,


Tiap musim panas, taman-taman di New York berubah menjadi tempat pertunjukan. Banyak festival diadakan. Para teaterwan dan musisi mancanegara tampil di berbagai gedung. New York, dengan pencakar langitnya, dengan suasana melting pot, menyimpan cerita panjang tentang aneka seni avant garde. Ikutilah laporan wartawan Tempo Seno Joko Suyono, yang menonton pementasan-pementasan teater di New York selama musim panas lalu. Termasuk liputannya tentang: Festival Lincoln Center, New York Fringe Festival, dan Broadway, yang tak lekang oleh kunjungan turis.

McDougal Street. Jalan legendaris itu memang tak pernah tidur. Singgah di Kafe Reggio, menyeduh kopi, larut malam, membayangkan: di jalanan itulah dahulu, pada 1960, seorang pemuda, umur 19 tahun, pertama kali tiba di New York, memasuki sebuah kafe underground bernama Kafe Wha.

Ia berasal dari Minneapolis. Ia baru saja menjenguk penyanyi folk pujaannya Woody Guthrie, yang terbaring se­karat di rumah sakit New Jersey. Dan ia bertanya kepada Manny Roth, sang pemilik kafe, apakah ia boleh bernyanyi di situ. Dengan hanya sebuah gitar kopong ia kemudian menyanyikan lagu-lagu Guthrie. Pemuda itu Robert Allan Zimmerman. Orang kemudian mengenalnya sebagai Bob Dylan.

Tak jauh dari situ, di sebuah kafe bernama The Fat Black Pussy Cat, ia kemudian menulis Blowin In the Wind. Dan di sebuah apartemen bawah tanah, di 158 Bleccker Street—sebuah jalan poros yang bersimpangan dengan McDougal—ketika hujan mengguyur lebat New York, ia menciptakan Hard Rain Gonna Fall.

Seperti dituturkan hangat teman tidur Dylan tatkala muda, Zusie Roto, dalam bukunya, Freewhelin Time, yang baru saja terbit pada Juli lalu, jalan McDougal dan Bleccker banyak memberikan inspirasi bagi lagu-lagu terkenal Dylan. Tapi kita tahu, tak hanya Dylan, Paul Simon dan Art Garfunkel juga pernah syahdu mendendangkan jalan itu dalam Voices leaking from sad cafe, a poet read his crooked rhymet... On Bleecker Street....

Jalan McDougal dan Bleccker terletak di kawasan Greenwich Village, New York. Kawasan itu pernah sekali waktu menjadi kampung halaman para bohemian. Kawasan itu pada 1950-an juga melahirkan kalangan sastrawan yang disebut Beat Generation, dengan tokohnya seperti Jack Kerouac, Allan Ginsberg, dan William Burroughs.

Bila Anda ke sini, belilah sebuah buku kecil berjudul The Beat Generation in New York—A Walking Tour of Jack Kerouac’s City. Dengan petunjuk buku saku itu, Anda bisa menelusuri sendiri bekas kafe, bar, toko buku, toko piring­an hitam, studio, klub jazz di Greenwich Village, yang pernah menjadi tempat berkumpul beatnik.

Banyak tempat yang menurut buku itu telah tutup, berganti nama, dan berubah sama sekali. Tapi masih ada yang mempertahankan diri seperti tahun 1950-an. Kafe Reggio dan Kafe Wha itu misalnya, buka sejak tahun 1927. Di pojok McDougal ada sebuah kafe bernama Figaro. Tembok luarnya lusuh bergambar seekor kucing hitam dengan tulisan ”The wise men of the Figaro”.

Kafe itu pada 1950-an disebut-sebut terlarang untuk para beatnik yang berandalan. Tapi persis di sampingnya, tepatnya nomor 93, ada apartemen bercat hijau. Dahulu apartemen ini Cafe San Remo, yang terkenal menjadi tempat minum Kerouac sampai pelukis abstrak Jakson Pollock. Di situlah Ke­rouac sering mabuk, dan pernah dihajar eks marinir sampai tulang hidungnya patah.

Saya masuk ke Village Vanguard, sebuah klub jazz yang didirikan pada 1933. Dengan US$ 35, jazz yang pekat disajikan tiap malam sampai dini hari. Di sinilah dahulu Kerouac dan Ginsberg sering menghabiskan waktu menonton inovasi bebop dari John Coltrane, Charles Mingus, Ornette Coleman, sampai lahirnya cool jazz dari trumpet Miles Davis.

Kawasan Greenwich Village adalah juga saksi mata tumbuhnya generasi teater…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…