Mereka Bergerak Selebihnya...

Edisi: 45/14 / Tanggal : 1985-01-05 / Halaman : 62 / Rubrik : TAR / Penulis :


TAK dududuktak. Duk. Tak dududuktak. Duk. Suatu sore di pelataran parkir Gelanggang Remaja, Bandung.

"Mal, bagi rokoknya, dong," seru Si Item, yang telinganya diganduli dua biji anting-anting bintang.

"Ala. Latihan, Lu! Sebentar lagi 'kan kita mesti kasi unjuk penemuan kepada mereka," jawab Male, sambil menggerak-gerakkan kakinya seperti orang pincang.

"Gua, sih, tinggal begini aja, mereka pasti cek . . .cek . . . cek, semua," sahut Si Item, sambil menjatuhkan badannya ke lantai, kemudian merayap bagaikan cacing.

"Eh, ngomong-ngomong besok jadi nggak ulangan Biologi?" tanya yang berjaket kulit.

"Sekarang bukan waktunya ngurusin begituan, tahu nggak? Ntar, kalau sudah kenyang begini, baru mikiran ulangan," ujar yang dipanggil dengan nama Toang, sembari menggerak-gerakkan tangannya bak seekor ular.

Dan kemudian, di pelataran parkir Gelanggang Remaja itu, empat anak muda berpakaian kumal, yang mengaku dari grup breakdance Gang Remaja Setan, mulai beraksi. Si Toang pasang kaset musik hip-hop, jenis rock dengan latar belakang beat yang kuat. Dan, eh, entah dari mana munculnya, tiba-tiba saja pelataran itu sudah penuh dengan anak-anak muda. Mereka duduk melingkar. Lalu seorang, ya, Si Item itu, masuk gelanggang, merayap dengan gaya cacingnya. Kickworm, ya, gerak cacing berjalan. Si Item menjatuhkan badannya, telungkup. Lalu, bertumpu pada kedua tangan, kaki dan tubuh sebelah bawah ia angkat. Ketika kaki turun, tangan dan tubuh bagian atas ganti diangkat. Kembali menjatuhkan badan pada kedua tangan, dengan sedikit membuat loncatan dan dengan punggung agak dilengkungkan. Berulang-ulang. Mirip cacing, memang.

"Head spin, Mack, head spin!" teriak kerumunan itu. Itu sebuah aba-aba. Si Item pun, dari gerak cacing lantas nungging. Dan, hup! - ia memutar tubuh hanya bertumpu pada kepala, kedua tangan dikembangkan menjaga keseimbangan. Sungguh gawat.

Matahari makin melorot di sebelah barat. Tapi rnusik terus berjingkrak. Dua anak muda masuk gelanggang, menemani Si Item. Mereka bersepatu kets Nike, ber-T-shirt, berikat kepala, lengkap dengan sarung tangan ferari penuh kenop keperakan. Langsung keduanya menjatuhkan diri, dan suiing! - satu putaran tubuh dengan poros satu tangan, sebagai kejutan pertama. Yang seorang gagal. Ia ulangi gerakan yang disebut handglide ini. Yak, kini keseimbangannya sempurna. Lutut agak ditekuk, tangan kiri agak merentang mengatur putaran tubuh. Tepuk tangan untuk si handglider. Ketika azan magrib memecah senja, baru anak-anak itu bubaran. Bukan apa-apa - tapi karena tempat parkir mulai dirundung gelap.

Breakdance, akhirnya, memang bukan cuma di kaki lima. Jenis tari yang memerlukan kekuatan otot ini malah juga naik festival - di Jakarta (Rabu pekan lalu), di Bandung (22 Desember), dan rencananya di Yogyakarta, 5 Januari ini. Bahkan di Surabaya, sebelum ada surat edaran Muspida (diketahui oleh Wali Kota), yang melarang breakdance, festival telah dicoba Oktober lalu. Lebih dari itu Sardono W. Kusumo, penari dan koreografer Samgita Pancasona, Dongeng dari Dirah, dan Hutan Plastik itu, merencanakan suatu festival besar breakdance seluruh Indonesia. "Dilihat dari seni tari breakdance bukan cuma kekuatan otot. Tapi dibutuhkan pula keluwesan tubuh, stamina yang kuat, dan penghayatan ritme," katanya.

***

"Sampai sekarang saya belum pernah mengeluarkan larangan breakdance. Tari anak muda ini tak perlu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05

Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…

Y
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29

Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…

B
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04

Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…