Ilmu Klenik Model Amerika

Edisi: 46/14 / Tanggal : 1985-01-12 / Halaman : 33 / Rubrik : SEL / Penulis :


SUHU sedikitnya 100 derajat Fahrenheit. Dan panas yang membakar seperti hendak melelehkan sosok-sosok tubuh di atap itu. Tubuh-tubuh itu mengenakan seragam kepar yang warna birunya sudah melusuh. Kepala telanjang, dan di atas, matahari memanggang.

"Salah seorang memandang ke jalan dan ke mobil kami," tutur John Barnes dalam The Sunday Times Magazine, Oktober tahun lalu. Tetapi seorang pengawal di bawah berteriak membentak, membuat orang di atas tadi kembali ke pekerjaannya: memasangi genting atap. Teman semobil John berkata perlahan, "Itulah Proyek Rehabilitasi Tenaga Kerja (RPTK). Mereka orang RPTK, tahanan psikologis - budak belian, lebih kurang."

Itu di Amerika. Waktunya: musim panas 1984, di jalan raya utama antara Riverside, kota di selatan California, dan permukiman kaum milyuner di Palm Springs. Di dusun kaktus Gillman Hot Springs ini (di sini terdampar sebuah kapal layar seharga US$ 565.000 yang tiang-tiangnya dipermainkan angin gurun),bermukim markas besar Gereja Scientology. Pengaruhnya mendunia.

Scientology adalah sebuah cult. Apa cult? Penjabarannya bisa macam-macam, tergantung siapa yang menjabarkannya. Tapi, lebih kurang, ia sejenis "agama" atau "kepercayaan" baru. Menurut Ronald Enroth dan kawan-kawan dalam buku mereka, A Guide to Cults & New Religions, Inter Varsity Press, Illinois (AS), 1983, definisinya juga berbagai.

Misalnya, bagi Katolik Roma abad ke-16, Lutheranisme adalah sebuah cult Begitupun di mata Yudaisme abad pertama, gereja Kristen adalah "agama baru", cult, karena ia menyimpang dari ortodoksi yang mapan. Orang Yahudi kontemporer menganggap organisasi evangelis Yahudi bagi Yesus sebuah penyimpangan kepercayaan - jadi, cult.

Sosiolog Thomas Robbins, dalam catatan kaki sebuah tulisannya, mencatat bahwa istilah cult makin sering dipakai, "Untuk sekumpulan kelompok dan gerakan yang berlain-lainan. Dan akibatnya menjadi tidak sesuai sebagai kategori yang tepat secara hukum atau dari segi keilmuan sosial .... Efeknya, sebuah cult adalah setiap kelompok yang dipernodakan sebagai sebuah cult"

Berbagai ahli dan pengulas akademis memakai beragam penjabaran terhadap sekte dan cult. Misalnya: "agama (kepercayaan) tidak konvensional", "agama baru", "agama non-normatif", "gerakan kepercayaan marginal", dan, lebih sering, "gerakan keagamaan baru".

Walau semua itu tetap kabur, istilah itu diterima secara luas. Dan konotasinya yang negatif tak terelakkan, tidak seorang pun ingin di identifikasikan sebagai anggota suatu cult.

Cult berasal dari kata Latin, cultus: pemujaan atau ketaatan. Dengan demikian, kegiatan aliran kepercayaan itu berupa keterlibatan dalam upacara ritual, dan juga sikap hormat, dan santun terhadap yang dipertuan, yang diempukan. Versi populer pemujaan adalah rasa kagum, hormat, kemudian memuja terhadap seseorang. Di Barat, misalnya, terhadap Elvis Presley, atau bahkan terhadap Adolf Hitler dulu. Di sini, pada tingkat lokal, mungkin bisa disebut Rhoma Irama. Atau Bung Karno. Para pemujanya disebut fan, penggalan dari kata fanatic.

Enroth menyebut sedikitnya ada tiga pendekatan untuk menjabarkan cu/t pendekatan sensasional atau populer, pendekatan sosiologis, dan pendekatan teologis. Pendekatan sensasional, mudah diduga, dilakukan sebagian jurnalis yang ingin menonjolkan unsur-unsur dramatis dan aneh bin ajaib dari aliran kepercayaan. Pendekatan sosiologis dapat meliputi sosok cult yang otoriter, manipulatif, totalistis, dan kadang kala komunal. Sedangkan pendekatan teologis menjabarkan sejumlah standar ortodoksi.

Kadar sensasional cult di mata pers Barat bisa dipahami, karena memang terbukti bahwa berbagai aliran kepercayaan baru itu asing di mata rata-rata orang Barat. Banyak di antara cult diimpor dari dunia Timur, dengan segala perangkat spiritual yang tidak akrab dengan mereka sebelumnya: mantra dan jampi-jampi, yoga dan meditasi, misalnya.

Berbagai kelompok ok aliran baru Yudeo-Kristen, yang dapat didirikan, ternyata mampu bertahan selama beberapa generasi. Mereka diterima, dihormati, dan secara tradisional menjadi bagian dari kehidupan keagamaan di Amerika Utara. Banyak aliran keagamaan "baru" yang sebenarnya tidak baru sama sekali beberapa malahan merupakan pemunculan kembali aliran kekristenan awal.

Tak ayal, mereka tetap dinilai aliran asing - dianggap ganjil, karena tidak konvensional, dipandang dengan curiga dan khawatir, mirip sikap orang Amerika saat membanjirnya kelompok etnis baru yang datang pada era imigrasi besar-besaran dulu. Mereka membangkitkan suasana ketidakakraban.

Dari sudut sosiologis, ada perbedaan penting antara gereja, sekte, dan cult Gereja adalah organisasi keagamaan yang secara kebudayaan bisa di terima - yang sudah berakomodasi dengan berbagai tingkat realitas budaya dan masyarakat. Sekte dan cult, kebalikannya, secara kebudayaan ditolak. Bukan saja karena mereka di luar tradisi Yudeo-Kristen, tetapi biasanya karena kelompok-kelompok itu membersitkan keasinan yang besar tadi.

Di Barat, penjabaran aliran kepercayaan secara teologis didasarkan pada standar ortodoksi Kristen. Menggunakan ajaran Injil sebagai titik tolak, James W. Sire menggambarkan cult sebagai, "Suatu gerakan keagamaan yang secara organisasi berbeda dan/atau praktek-prakteknya bertentangan dengan Alkitab seperti ditafsirkan oleh kekristenan tradisional."

James Bjornstad mengingatkan bahwa dalam "pasar raya" keanekaragaman keagamaan, kelancungan kekristenan yang berdasarkan Injil cukup samar. Sebaliknya, ia melihat, "Anggota kelompok keagamaan tidak ortodoks sering menggunakan istilah yang biasa dipakai orang Kristen." Mereka, "Menafsirkan kembali ajaran dan kalimatkalimat Injil."

Aliran Kristen terakhir itu di antaranya tergabung dalam The Way. Pendirinya, Victor Paul Wierwille, mencanangkan: "Yesus Kristus bukanlah Tuhan, tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi (Tuhan)." Pandangan sejenis digemakan pula oleh Gereja Pantekosta Syarikat (atau gerakan Oneness), yang menggambarkan doktrin Trinitas sebagai "olok-olok dan skandal keagamaan paling kejam dalam sejarah".

Walaupun kadang-kadang segan memperbincangkannya di depan umum, pengikut Gabungan Gereja Moon (Moonies) di Amerika percaya bahwa Sun Myung Moon adalah Imam Mahdi, Tuhan Advent Kedua. Di kalangannya sendiri ia dan istrinya dianggap Orangtua Sejati. Dalam upacara agung gereja yang dipimpin Moon dan dikenal sebagai Seremoni Anggur Suci, kepada para anggota dikhotbahkannya bahwa mereka ditakdirkan untuk "dicangkokkan" ke Orangtua Sejati. Ketika mereka menerima mangkuk anggur suci, Moon berwejang, "Anda sekalian sedang dijelmakan menjadi anggota Keluarga Surga dan langsung menjadi milik Orangtua Sejati, keluara Tuhan langsung .... Dengan menerima anggur suci ini kalian akan segera beralih menjadi keturunan Tuhan."

Entroth menurunkan sembilan ciri umum cult.

Pertama, otoriter. Ini terbilang unsur aliran kepercayaan yang paling penting. Selalu ada pemimpin sentral dan karismatis yang masih hidup yang memegang komando kesetiaan dan pengabdian yang total. Ini tecermin pada gelar yang disandang sang pemimpin.

Misalnya "Rasul" (John Robert Stevens), dari Gereja Kata Hidup, yang secara tidak resmi dikenal sebagai The Walk "Guru Maharaj Ji" dari Misi Cahaya Surga. "Bapa Daud" (Mo Berg) dari Anak-Anak Tuhan (Children of God; ingat?). "Ibu Dunia" dan "Utusan Persaudaraan Putih Agung" (Elizabeth Clare Prophet) dari Gereja Universal dan Triumphant. "Tuan" dan "Orangtua Sejati" (Moon) dari Gereja Gabungan tadi. Sang pemimpin melaksanakan kekuasaan baik lewat doktrin maupun praktek, dan tafsirannya adalah "kebenaran" yang harus diterima para pengikut.

Yang kedua, oposisional. Ajaran, praktek dan nilai-nilai karakteristik kelompok ini merupakan lawan dari aliran yang sudah dominan. Mereka acap menempatkan diri berhadapan langsung dengan lembaga-lembaga sosial yang utama. Gereja Scientology, umpamanya, terlibat dalam serangkaian serangan terhadap pemerintah. Mereka merasa telah teraniaya oleh berbagai instansi resmi.

Barangkali, lembaga sosial yang paling terganggu oleh sikap oposisi aliran keagamaan baru itu adalah keluarga. Kecaman paling santer datang dari para orangtua yang mengalami ditinggalkan anak-anaknya yang bergabung dengan kelompok-kelompok ekstrem itu.

Moon menggambarkan kegiatan gerejanya sebagai "permainan tarik tambang untuk memenangkan kaum muda." Berbicara tentang diri dan umat yang dipimpinnya, ia berkata, "Bapa datang ke Amerika dan menarik kaum muda ke sisi Tuhan. Ini menciptakan kegemparan besar."

Eksklusif adalah ciri ketiga. Kelompok ini, yang juga elitis, dan yang mengklaim dirinya sebagai satu-satunya pemilik kebenaran, tak bisa ditinggalkan lagi. Meninggalkannya berarti mengancam keselamatan diri sendiri. "Kebenaran" baru itu biasanya bersumberkan "wahyu" yang di turunkan kepada sang nabi/pendiri/pemimpin. Victor Paul Wierwille dari The Waytadi menyatakan yakin bahwa Tuhan telah berdialog langsung dengannya - lewat percakapan yang terdengar telinga. Tuhan berjanji membantunya memahami Perintah yang belum pernah diturunkan sejak abad pertama Masehi.

Seorang bekas anggota kelompok Kristen "abangan" menggambarkan sikap eksklusif mereka begitu khas, dipandang dari sudut pemikiran cult sendiri.

"Pemimpin kami gemar mencela semua gereja mapan dan semua orang yang tidak mempercayai ajarannya. Secara mental saya terisolir oleh anggapan bahwa tidak seorang pun di luar ajaran Glory Barn yang berada di jalan kebenaran sejati, dan karena itu pendapat mereka palsu. Sayalah pemilik tunggal kebenaran sejati, dan tidak seorang lain pun mempunyai sesuatu yang bermanfaat untuk diberikan."Berikutnya, ciri legalistis. Mereka kelompok otokrat yang ketat yang bekerja di dalam suatu kerangka legalistis. Mereka mengurus baik persoalan spiritual maupun tetek-bengek sehari-hari pengikutnya. Setiap gerak dan tindakan dibatasi oleh peraturan dan undang-undang. Kehidupan spesifik anggotanya dikontrol oleh kebijaksanaan dan prosedur.

Kadang-kadang ketentuan dan larangan juga diterapkan kepada pengunjung dari luar. Keluarga Kristus, misalnya, yakin bahwa membunuh binatang, memakan dagingnya, dan memakai perlengkapan dari kulit hewan, haram. Mereka meminta pengunjung mencopot tali pinggang dan sepatu kulit masing-masing sebelum masuk ke kompleks.

Bukan tidak jamak bagi cult untuk mendiktekan mode busana. Rambut panjang dan dandanan pribadi tertentu diperbolehkan. Bahkan kelompokkelompok yang tidak mudah ditandai oleh ciri-ciri khas pakaiannya, atau lambang-lambang keagamaannya, mengharuskan anggotanya mengenakan sesuatu dalam penampilan di luar lingkungan. Umpamanya Gereja Universal dan Triumphant, dua kelompok yang nilai kebatinannya tinggi, menganjurkan pemakaian perhiasan emas, berlapis emas atau mengandung emas.

Yang kelima, subyektif. Kelompok cult menekankan diri pada perasaan (feeling) dan emosi. "Turutilah perasaanmu (feeling)," pesan Bhagwan Shree Rajneesh dan sejumlah guru kontemporer lain. Baginya, hidup adalah lelucon kosmis. "Agamaku berakar pada serba permainan, di dalam keomongkosongan."

Orang-orang muda tertarik pada kelompok-kelompok baru karena daya pikat pengalaman subyektif pula. Seorang pengikut Guru Maharaj Ji menjelaskan reaksi langsungnya terhadap Misi Cahaya Surga lewat orang-orang yang bertugas merekrut anggota baru: "Aku benar-benar tidak ingat lagi apa yang mereka katakan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…