Jejak Adam, Hawa Panas Washington

Edisi: 41/37 / Tanggal : 2008-12-07 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Budi Setyarso, Sunudyantoro, Yuliawati


TELEGRAM itu dikirim Duta Besar Marshall Green di Jakarta kepada Asisten Menteri Luar Negeri Bill Bundy di Washington. Dikirim melalui roger channel—saluran khusus penghubung asisten menteri bidang intelijen dengan para kepala diplomatik negara itu—pada 2 Desember 1965, Green melaporkan figur yang dianggap penting bagi misi mereka di Indonesia: Menteri Perdagangan Adam Malik.

Adam, ketika itu 48 tahun, dinilai sebagai tokoh di belakang layar Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan September Tiga Puluh (Kap-Gestapu). Gerakan ini dilakukan masyarakat luas, tapi direkayasa militer untuk memburu orang-orang yang dituduh terlibat Partai Komunis Indonesia. ”Melihat hasilnya, saya harus mengatakan program ini sangat berhasil,” kata Green dalam telegram itu.

Pak Menteri bukan pemimpin Kesatuan Aksi, tapi ia merupakan tokoh kunci dan promotor gerakan. Dia juga disebut sebagai tokoh pencari dana. Green menulis di awal telegram: ”Ini untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bahwa kita menyediakan Rp 50 juta untuk Malik, sesuai dengan permintaannya, buat membiayai gerakan Kap-Gestapu.” Tanpa bantuan Amerika, Green menulis, Kap-Gestapu pasti akan terus berlanjut. ”Tapi di sisi lain, tak bisa dibantah, mereka sangat butuh duit.”

Agak sulit menentukan nilai Rp 50 juta ketika itu. Pada 11 September 1965, Bank Indonesia menetapkan kurs rupiah pada angka Rp 30 per dolar AS. Artinya, uang yang digelontorkan lewat Adam bernilai US$ 1,7 juta. Namun, kurs rupiah anjlok setelah Gerakan 30 September 1965. Pada 13 Desember 1965, nilai rupiah menjadi Rp 30 ribu per dolar AS. Pada 21 Desember 1965, pemerintah melakukan pemotongan uang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1. Mulai 14 Januari 1966, nilai tukar rupiah dipatok pada Rp 45 per dolar AS.

Bantuan dana itu diberikan agar Adam berpikir bahwa Amerika setuju dengan peran yang dimainkannya dalam setiap aksi anti-PKI. Dengan duit di tangan, Adam juga dianggap bisa merapatkan hubungannya dengan militer. Menurut Green, kemungkinan terciumnya keterlibatan Amerika dalam misi ini sangat kecil. ”Sebagaimana operasi ’tas hitam’ yang selalu kita lakukan,” ia menulis. ”Tas hitam” adalah kata sandi untuk misi rahasia Amerika pada zaman itu.

Dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, membuka dokumen rahasia ini sejak Agustus 2001. Sempat ditutup menjelang kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri ke Washington, dokumen itu kini bisa diunduh di situs Internet Departemen Luar Negeri Amerika. Penerbit Hasta Mitra bahkan telah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…