Raden Pardede: Runyam Kalau Saling Hantam

Edisi: 42/37 / Tanggal : 2008-12-14 / Halaman : 123 / Rubrik : WAW / Penulis : Tim Tempo, ,


SEPERTI tersedot ke pusaran puting beliung, keuangan negara di seluruh dunia porak-poranda dihajar krisis ekonomi global sepanjang empat bulan terakhir. ”Di mana pun, tidak ada tempat berlindung,” kata Raden Pardede. Krisis itu juga melanda Indonesia sejak September lalu. Dan membuat Raden Pardede, Sekretaris Komite Stabilitas Sektor Keuangan, dilanda kesibukan berlipat-ganda.

Komite Stabilitas dipimpin oleh Menteri Keuangan dan beranggotakan Gubernur Bank Indonesia. Tugas lembaga ini: melakukan sinkronisasi pembuatan kebijakan dan implementasinya antara pemerintah dan Bank Indonesia.

Sebagai sekretaris, Raden bertanggung jawab mengkoordinasi pejabat setingkat deputi di Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Kedua lembaga ini memang menjadi aktor kunci penanganan krisis ekonomi di Indonesia. ”Hubungan dan koordinasi dua lembaga ini amat penting dijaga,” ujar Raden.

Indonesia, seperti kita ketahui, turut memikul efek resesi besar yang bergolak selepas paruh kedua 2008. Hampir semua negara di dunia—termasuk negara Asia yang perkasa macam Cina, Jepang, dan Korea Selatan—berkelojotan, lunglai tak keruan. Bencana ini disebut-sebut terburuk setelah Depresi Besar 1930-an membenamkan ekonomi mondial.

Globalisasi bahkan membuat keadaan lebih rumit dibanding situasi 1930-an. Sebab, sekarang, semua negara terhubung rapat satu sama lain. Krisis ini juga berbeda dari krisis 1990-an, yang lebih bersifat regional—menimpa beberapa negara saja. ”Krisis ini akan berlangsung lama,” Raden mengatakan. Pemerintah, menurut dia, telah mengambil sejumlah langkah penangkal, dari penyiapan likuiditas, pengaturan perbankan, dan program padat karya.

Rabu pagi pekan lalu, di tengah persiapan presentasinya bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, Raden memberikan wawancara khusus kepada Tempo. Percakapan berlangsung di ruang kerjanya di gedung Departemen Keuangan, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Dengan suara bariton, pria yang pernah dicalonkan menjadi Gubernur Bank Indonesia ini menjawab semua pertanyaan dengan tangkas.

Bisakah Anda perbandingkan krisis ekonomi global saat ini dengan malaise pada 1930-an?

Dulu dunia tidak sekompleks sekarang. Pada 1930-an, Afrika dan Asia belum merdeka. Kali ini, semua negara kena resesi. Singapura sekarang pertumbuhannya negatif 6 persen. Memang Cina belum mengalami resesi, tapi pertumbuhannya terjun dari 11 persen ke 7 persen. Ini berat karena penduduk Cina amat besar dan negaranya otoriter. Implikasinya bisa merepotkan, maka mereka ketakutan sekali. Krisis dari Amerika menyebar ke negara berkembang melalui pasar keuangan dan lewat sektor riil—yaitu ekspor dan volume perdagangan. Komoditas, manufaktur,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…