Megawati Soekarnoputri: Saya Tidak Pernah Merasa Kalah

Edisi: 44/37 / Tanggal : 2008-12-28 / Halaman : 216 / Rubrik : WAW / Penulis : Tim Tempo, ,


PELUNCURAN buku Mereka Bicara Mega di Hotel Sultan, Jakarta, awal Desember lalu, semarak. Ratusan orang memenuhi ballroom, termasuk Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang spesial datang dari Yogyakarta. Namun, ”sripanggung” hari itu tentulah Megawati Soekarnoputri, dan buku yang diluncurkan merupakan kumpulan tulisan kolega dan tokoh politik tentang diri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Menjelang Pemilihan Umum 2009, Megawati makin membuka diri. Selama ini, ketika calon presiden lain gencar membangun citra lewat iklan dan media, Megawati banyak diam sehingga tmbul kesan tertutup—tentu tak bagus bagi calon pemimpin.

Kesan itu mulai berubah. Perempuan 61 tahun itu kini lebih sering memberikan wawancara media. Bersama keluarga, ia tampil dalam acara televisi. Rabu pekan lalu, ia menerima Tempo di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Didahului makan malam bersama Taufiq Kiemas, suami Megawati, dan Ketua PDI Perjuangan Jakarta, Adang Ruchiatna, dengan menu nasi goreng, sate ayam, lontong, ayam goreng, dan kerupuk udang, Tempo kemudian menemui Megawati di ruang tamu yang disekat partisi bertatahkan ayat suci Al-Quran. Hampir dua jam, ibu tiga anak itu menceritakan latar belakang pencalonannya sebagai presiden, dan berbagai isu menyangkut dirinya.

Megawati malam itu bergaun terusan bermotif mawar kecil berwarna merah dan biru. Ia menjawab lancar pertanyaan, meski sedang flu. Suaranya terdengar sedikit serak dan sengau. Selama wawancara, tujuh kali ia menyeka hidung dengan tisu, dan empat kali batuk kecil. Beberapa kali pula ia menyesap teh dari cangkir putih untuk memulihkan suaranya.

Apa yang mendorong Anda maju kembali sebagai calon presiden?

Dalam kongres di Bali 2005 ditetapkan, ketua umum terpilih otomatis menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Lalu kami rapat kerja nasional. Di situ keputusan diperteguh dengan permintaan dari seluruh jajaran struktur partai. Kemudian diulangi lagi dalam rapat koordinasi nasional. Akhirnya, saya bersedia. Bukan sombong, jabatan (presiden) itu pernah saya emban. Yang mau saya lihat adalah bagaimana kesiapan Partai. Sebab, tanpa persiapan lebih baik, terutama dari pengalaman 2004, kami bakal menghadapi kesulitan besar.

Sejumlah pengurus DPP PDI Perjuangan terkejut karena tak menduga jawaban Anda secepat itu?

Orang boleh saja ngomong, bersuara. Tapi kan yang ditanya saya? Nanti kalau saya tidak cepat menjawab, bisa saja saya dikatakan peragu. Dalam rapat koordinasi nasional, terkumpul seluruh aspirasi warga PDI Perjuangan yang ada dalam struktur partai, juga yang duduk di legislatif dan eksekutif. Saya melihat, kita perlu persepsi yang sama, baik di jajaran eksekutif, legislatif, maupun struktur partai. Ini tantangan, karena mengorganisasi 16 ribu peserta bukan hal mudah. Kita harus bisa mendisiplinkan mereka.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…