Titik Balik

Edisi: 47/37 / Tanggal : 2009-01-18 / Halaman : 72 / Rubrik : SUR / Penulis : Tim Tempo, ,


Tahun 2008 dimulai dengan optimisme yang membuncah. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Otoritas Bursa Efek Indonesia bahkan memperkirakan kinerja pasar modal Indonesia bakal tumbuh 30 persen. Kalangan industri memiliki optimisme yang sama. Para pelaku industri otomotif, misalnya, yakin penjualan bakal tumbuh 20 persen.

Tapi semua keyakinan itu perlahan-lahan sirna. Harga minyak mentah meroket hingga US$ 147 per barel. Harga komoditas seperti minyak sawit mentah, jagung, hingga padi pun ikut melonjak. Pemerintah akhirnya menaikkan harga bahan bakar minyak pada akhir Mei rata-rata 27,8 persen. Perekonomian mulai melambat, terutama ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk mengerem laju inflasi. Dampaknya, penjualan mobil dan rumah menurun.

Badai pun ikut menerjang dari Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage membuat bisnis keuangan sedunia hancur. Bursa di mana-mana kolaps. Rupiah juga tumbang ke level Rp 11.000 per dolar Amerika. Ancaman resesi mulai membayangi perekonomian dunia. Tanda-tandanya sudah muncul. Di Indonesia, misalnya, penjualan bulanan mobil terus menurun. Ekspor juga ikut melemah. Sejumlah industri sudah mulai meneriakkan kemungkinan pengurangan tenaga kerja.

Resesi global yang mulai mencuat pada triwulan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Masih Terganjal Bahan Pokok
2007-12-02

Denyut perekonomian indonesia sepanjang triwulan ketiga yang lalu terus membaik. para pemimpin teras perusahaan juga…

Y
Yang Miskin Kian Tertinggal
2007-12-02

ekonomi indonesia triwulan iii 2007

T
Tumbuh Bersama Sejumlah Risiko
2008-06-08

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama bisa jadi mengejutkan sejumlah kalangan. di tengah badai harga minyak…