Sebuah Pelajaran Dari Trowulan

Edisi: 49/37 / Tanggal : 2009-02-01 / Halaman : 73 / Rubrik : IMZ / Penulis : Kurie Suditomo, Iqbal Muhtarom, Yekthi Hesthi Murthi


BAJANG Ratu. Nama itu begitu akrab di telinga Jero Wacik. Ia ingat suatu masa, beberapa saat sebelum ia ditunjuk menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, seseorang pernah berbisik kepadanya, ”Pergilah ke Bajang Ratu, Pak. Berdoalah di sana.”

Sayangnya, Jero demikian sibuk. Belum sempat ia berkunjung ke sana, Susilo Bambang Yudhoyono sudah memanggilnya duduk di kabinet. Tak lama setelah menjadi menteri, baru Jero sempat memenuhi ”panggilan” itu.

Bajang Ratu adalah salah satu candi yang ditemukan di kompleks situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, yang ditengarai sebagai pusat ibu kota Kerajaan Majapahit. Sampai di Bajang Ratu, ia melihat satu per satu candi. Ia tercenung. ”Saya minta ditinggal lima menit tanpa diganggu, lalu saya berdoa di situ,” katanya.

Dan Bajang Ratu pun melekat terus di kepalanya. Apalagi siluet Bajang Ratu pun sudah digunakan sebagai lambang departemennya. Jero berjanji, sebagai menteri, ia mesti berbuat sesuatu demi mengangkat kebesaran Majapahit. ”Boleh diadu, saya mencintai Majapahit dengan hati dan kepercayaan saya,” katanya. Matanya berkejapkejap. Suaranya bergetar.


l l l
Dengan mimpi mengangkat kejayaan itu, Jero Wacik bergegas mewujudkan sebuah kawasan wisata sejarah terpadu. Awalnya bernama Pusat Informasi Majapahit, tapi belakangan Jero lebih sreg dengan nama Majapahit Park alias Taman Majapahit. Anganangannya sungguh megah: kejayaan Majapahit harus dikembalikan. Ke sanalah orang pergi untuk belajar tentang peradaban wangsa Hindu keturunan Raden Wijaya pada abad ke1315 itu: pelajar dari usia taman kanakkanak hingga mahasiswa, akademisi, serta turis dalam negeri dan mancanegara. Di kepalanya terbayang indahnya kompleks museum yang pernah ia kunjungi: dari Eropa Timur hingga Guangzhou, Cina.

Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan. Nama Jero Wacik justru menjadi sasaran amarah setelah berita tentang rusaknya sebagian peninggalan di bawah tanah akibat pembangunan proyek yang serampangan muncul awal Januari lalu. ”Saya dimaki. Katanya, pemerintah tahunya cuma merusak.”

Padahal Jero memberikan perhatian ekstra untuk Majapahit. Berbagai konsep pengembangan kawasan pernah dijajaki. Pemerintah daerah Mojokerto pun pernah ikut menawarkan konsep. Pada 2007, dibuatlah master plan Majapahit Park yang mencakup kawasan wisata sejarah terpadu.Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur I Made Kusumajaya yang mempersiapkannya. Made dibantu arsitek Soepono Sasongko, iparnya, dan Yosafat Winarto, arsitek desain interior—keduanya dosen Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. ”Saya enggak punya duit, enggak mampu bayar arsitek di luar itu,” kata Made.

Tapi rupanya Jero tak berkenan dengan desain bangunannya yang berbentuk rumah joglo. Pada awal 2008, ia memanggil Baskoro Tedjo untuk mewujudkan mimpinya. Dengan sisa waktu yang demikian sempit, Baskoro…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…