Amir, Sang Maestro

Edisi: 51/37 / Tanggal : 2009-02-15 / Halaman : 53 / Rubrik : LAY / Penulis : Kurie Suditomo, Sita Planasari, Soetana Monang Hasibuan


Pada tahun-tahun itu, Amir Pasaribu dikenal sebagai komponis modern sekaligus pendidik dan pemikir musik terkemuka. Ia pernah mengajar di Suriname. Ia gencar mengkritik menggejalanya band hawaian dan budaya musik pop Amerika di Indonesia. Amir berpendapat, itu membuat orkestra-orkestra serius dan musik seni hancur dan kehilangan peminat. Tulisan-tulisannya masih relevan bila dibaca sampai kini.

Ikuti reportase Tempo yang mengunjungi Amir di Medan untuk menuliskan kembali riwayat hidupnya. Layar kali ini dilengkapi sebuah tulisan bagaimana pianis Ananda Sukarlan menemukan serta memainkan kembali partitur-partitur Amir Pasaribu yang berserakan di majalah tahun 1950-an, seperti Zenith, dan memperdengarkan rekamannya di depan Amir.

Jakarta 1952
”Ini adalah kegemparan.”

ITU kalimat sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Pujangga Baru, September 1952, tentang pemecatan seniman musik dan komponis terkemuka Amir Pasaribu dari kedudukannya sebagai Kepala Bagian Kesenian Studio RRI Jakarta. Persoalannya hanya karena perselisihan perseorangan—dengan Maladi, yang saat itu posisinya Kepala Jawatan RRI. Menurut putra Amir, Nurman Pasaribu, ayahnya memang terlibat dalam beberapa polemik, di antaranya soal lagu kebangsaan Indonesia Raya, soal perjuangan Amir dalam masalah hak cipta dan royalti melalui Liga Komponis, suatu perkumpulan pemusik yang dipimpinnya. ”Akibatnya, tak hanya ia dilempar dari posisinya, tapi seluruh ciptaan musiknya di-black-out,” katanya. ”Betapa reaksioner pemerintah saat itu, apalagi kalau mengingat pemerintah sendiri tak mampu menurunkan pajak honorarium pengarang 15 persen,” kata Nurman.

Pemecatan itu tentu saja tidak mematikan seorang Amir Pasaribu, komponis Indonesia yang tak hanya produktif, tapi juga paling dihormati dan disegani dunia musik negeri ini.

l l l

Dengan usianya yang mencapai 93 tahun, Amir Pasaribu adalah sedikit contoh pada bangsa ini yang mampu melampaui usia harapan hidup (life expectancy), sementara yang lain umumnya bertumbangan pada usia 60-an tahun. Dia juga contoh sosok yang menggunakan seluruh daya hidupnya untuk musik. Mungkin juga musiklah yang menjadi oksigen dalam tubuhnya, sehingga ia bisa tetap segar dan sehat di usia yang sudah hampir mencapai satu abad.

Nun di Kecamatan Medan Johor, Sumatera Utara, bersama cucu Amir bernama Ben Pasaribu—dosen etnomusikologi Universitas Negeri Medan—Tempo menemui sosok sepuh itu mengenakan kaus oblong putih dan sarung. Didampingi Lasmini, perawatnya, Amir tertatih pindah ke kursi roda yang diletakkan di samping kasur. Kamar berukuran 3 x 2,5 meter ini diisi televisi berlayar 27 inci yang persis menghadap tempat tidur. Di sisi kirinya tersedia piano elektrik yang ditutupi ulos. Perlahan kursi roda itu didorong Lasmini dan berhenti di ruang tamu. Bingkai foto keluarga dan bingkai-bingkai penghargaan menghiasi dinding ruang tamu. Ben lantas memperkenalkan Tempo kepadanya. Sorot mata Amir langsung tertuju pada Tempo. Pelan-pelan senyuman tersembul di wajahnya. Suasana pun cair.

Yang duduk di depan kami adalah Amir Pasaribu: komposer, musisi piano dan cello, penulis kritik, guru, serta musisi intelektual pertama Indonesia. ”Secara fisik, saya sehat. Saya masih sehat walafiat,” kata pria kelahiran Kota Siborongborong, Tapanuli Utara, 21 Mei 1915, ini dengan suara lantang. Semangat hidupnya bergelora. Garis wajahnya terlihat tegas. Tapi sejak 2002 ia mulai kesulitan berjalan. Penyakit asam urat membuat sang maestro sulit berjalan. Kini Amir hanya mampu bergerak dengan bantuan Lasmini, yang merawatnya sejak 1995.

Tiga putra Amir Pasaribu hasil pernikahannya dengan Siti…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…