…setelah Superhero Tewas
Edisi: 09/38 / Tanggal : 2009-04-26 / Halaman : 63 / Rubrik : LAY / Penulis : Purwanto Setiadi , ,
NAMANYA Rorschach. Mengenakan mantel dan bertopi fedora, juga bertopeng putih dengan motif mirip tumpahan tinta yang selalu bergerak-gerak dalam pola simetris, dia bisa bergelantungan memanjat gedung pencakar langit di tengah malamâbahkan kala hujan. Sulit dibayangkan bahwa dia seorang superhero. Sebab, sebagaimana telah lama menancap di benak orang, superhero setidaknya selalu mengenakan cawat di luar pantalon atau jumpsuit atau apa saja yang mirip dengan itu.
Tapi Rorschach, protagonis utama dalam komik Watchmen karya Alan Moore dan David Gibbons, memang superhero. Bukan semata karena sejak awal dia diposisikan di situ. Pembaca pun mengakuinya. Dia berada di urutan keenam dalam daftar 200 karakter komik terbesar sepanjang masa versi majalah Wizard yang terbit pada 2008. Dan sosoknya kini, hampir seperempat abad setelah dia pertama kali muncul, berkelebat lagi di hadapan hampir siapa pun, baik penggemar komik maupun bukan. Ini berkat film karya Zack Snyder, yang merupakan adaptasi dari komik yang terbit pertama kaliâsebagai rangkaian 12 jilid ceritaâpada 1986 itu.
Masih ragu terhadap kehebatan Rorschach? Bayangkan ini: sekalipun tak punya kekuatan super, sama halnya dengan sebagian besar karakter dalam Watchmen, dia mumpuni dalam urusan berkelahi jalanan, gimnastik, dan tinju; di sepanjang cerita, yang sebenarnya boleh dibilang singkat, dia diperlihatkan sanggup mengatasi sekelompok penyerang bersenjata aneka macam tanpa kesulitan berarti; dia juga tahan terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan fisik.
Dalam menampilkan Rorschach, di filmnya yang juga diberi judul Watchmen (diputar di seluruh dunia sejak Maret) itu, Snyder memilih setia sepenuhnya pada komiknya. Begitu pula untuk karakter-karakter lain serta jalan cerita dan detail setting-nya. Dia tak melihat kemungkinan lain. âAnda tak bisa menjadikan ini sebagai sesuatu yang lain, sama sekali mustahil. Ini bukan (superhero) Fantastic Four⦠ini harus menantang ide siapa pun,â katanya kepada Entertainment Weekly.
Rorschach merupakan wujud dari gagasan sang penulis cerita, Alan Moore, mengenai realitas dari apa yang disebut sebagai superhero yang sangat berbeda dari kesan umum masyarakat. Sebuah dekonstruksi, begitulah. Superhero versi Moore tetap manusia biasa, yang juga punya sisi abu-abu, kalaupun bukan gelap, dalam jiwanya. Manusia berlatar belakang tak sempurna. Dan Rorschach, dalam gagasan itu, hanya salah satu dari sejumlah superhero yang problema kejiwaan dalam hidupnya hendak diekspos. Selain dia, ada Ozymandias, Silk Spectre II, Doctor Manhattan, The Comedian, dan Nite Owl II.
âSaya rasa saya hanya berpikir, âKelihatannya ini merupakan cara yang bagus untuk memulai sebuah komik: ada seorang superhero terkenal yang ditemukan tewas.â Begitu misterinya terurai, kita akan dibimbing makin dalam ke jantung dunia superhero ini, yang memperlihatkan satu realitas yang sangat berbeda…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…