Bila Jazz Memang Bebas

Edisi: 10/38 / Tanggal : 2009-05-03 / Halaman : 70 / Rubrik : MS / Penulis : Purwanto Setiadi , ,


Berdiri di panggung, Florian Ross berkomat-kamit, seperti me­­nga­takan sesuatu. Tapi tak ada suara. Ya, dia sebenarnya ­ha­nya mem­peragakan situasi yang sedang dihada­pinya: mikrofon di tangan yang ternyata belum aktif saat menyapa penonton.

Dari awal penampilannya di Goethe Institut, Jakarta, Jumat dua pekan lalu itu penonton bisa segera mendapat kesan bahwa Ross, pianis dan komposer jazz asal Jerman, adalah seorang yang komunikatif, humoris. Atau, sekurang-kurangnya dia adalah pribadi yang riang dan lepas, mengabaikan formalitas. Memang begitulah adanya: dia menunjukkannya dalam gerak-gerik, cara berkomunikasi, dan juga—tentu saja—komposisi-komposisinya sepanjang ham­­pir dua jam.

Ber­sama Dietmar Fuhr (kontrabas)­ dan Jonas Burgwinkel (drum), dia mem­buka konser format trionya dalam ­rangkaian program Serambi Jazz itu dengan Lucky for a Quarter. Komposisi dari al­bum Big Fish & Small Ponds…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…