Nikaragua, Nikaragua

Edisi: 17/15 / Tanggal : 1985-06-22 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :


BERMINGGU-MINGGU mereka berjalan mengarungi pedalaman Nikaragua yang paling gawat selangkah dua langkah di depan moncong musuh yang siap memetik pelatuk. Di kawasan perkebunan kopi nun jauh terpencil, pasukan pemberontak Nikaragua "Contra" yang sarap dan letih lunglai mencoba mengambil istirahat sejenak. Tapi, sial, tak sampai sempat: tiada berapa lama, pasukan patroli Sandinista membuka serangan. Tak sempat bilang apa-apa, pasukan Contra berlarian lintang-pukang ke bukit-bukit berdekatan. "Tidak cuma hari itu. Juga besoknya, dan hari berikutnya," tulis Philip Jacobson dalam The Sunday Times Magazine, 21 Aril silam, menggambarkan nasib para pemberontak Contra itu sehari-hari.

Adegan seperti itu - yang disaksikan Charles Bonnay, juru foto Jacobson - juga dialami kelompok gerilya lainnya yang bertebaran di medan-medan liar bergunung-gunung di seantero Nikaragua. Khususnya, di provinsi utara Nikaragua yang berdekatan dengan perbatasan Honduras.

Lewat Honduras ini, empat tahun CIA memompakan dana rahasia pemerintahan Reagan untuk menciptakan laskar dari para pengikut diktator Nikaragua Anastasio Somoza, untuk melawan pemerintahan "kiri" Sandinista yang berhasil merebut kekuasaan. Contra pun terbentuk. Tapi ketika uang Amerika berangsur kering, karena tantangan keras dari Kongres Contra keteter terus menghadapi mesin perang pemerintahan Sandinista yang diperkuat peralatan baru dari Uni Soviet.

Efektif atau tidaknya gerakan gerilya di mana pun bergantung pada sikap liat dan mobilitasnya. Gerilya Contra ternyata kalah kenyal dibanding pasukanpasukan yang dioperasikan penguasa Nikaragua yang dulunya pun bergerilya menghadapi Somoza. Tekanan terus-menerus membuat Contra tidak berpeluang mengambil inisiatif pertempuran. Di medan laga, mereka mundur terus, sambil menyapu membuka jalan keluar. Tuduhan-tuduhan bahwa prajurit Contra bertanggung jawab terhadap tindakan sewenang-wenang pada kalangan penduduk sipil menjadi bukti, mereka kalap karena terdesak. Kaum gerilya, yang semula beroperasi jauh.di luar permukiman penduduk, belakangan, kacau - dalam keadaan terdesak, letih, dan lapar mulai menggarong desa yang dilalui.

Penilaian tentang arus balik, yang sekarang menghadang Contra, datang dari ahli kemiliteran Amerika yang paling berpengaruh, Jenderal Paul Gorman. Tokoh purnawirawan ini, yang terakhir menjadi komandan tentara AS di Amerika Tengah, meramalkan, tidak ada harapan realistis kaum gerilyawan yang didukung CIA bisa memenangkan pertempuran, walaupun AS meningkatkan bantuannya.

Menurut presiden Nikaragua Daniel Ortega, AS dalam keadaan "cuma selangkah dari pengumuman perang". Itu bukan cuma ungkapan yang diulangulang di Managua, ibu kota Nikaragua, saja. Teriakan-teriakan bernada perang seperti itu terdengar pula di Washington. Amuk Reagan ini nyata pada kekhawatiran para sekutunya, bahkan Inggris yang selalu mendukung AS. Perdana Menteri Margaret Thatcher tanpa tedeng aling-aling mengungkapkan rasa waswas terhadap garis keras yang diterapkan Reagan pada Sandinista.

Pol pendapat umum pun membuktikan, sebagian besar masyarakat Amerika tidak setuju pemerintahnya ambil bagian dalam upaya menunggingkan rezim Ortega - yang oleh Reagan dituding sebagai pengekspor revolusi Merah - yang sudah mulai mengirimkan barisan sukarelawan membantu gerilyawan kiri El Salvador. Mungkin Reagan dan para kesatria perangnya - termasuk Menlu George Shultz - benar-benar yakin (tanpa mengecek lagi) rakyat Nikaragua lagi kebelet menumbangkan pemerintahan Sandinista. Padahal, intel AS melaporkan kenyataan: kendati menjalankan pemerintahan secara otoriter dan menerapkan kebijaksanaan politik yang ceroboh, tak ayal Sandinista mendapatkan dukungan dari rakyat. Dukungan itu belakangan jadi lebih besar karena pada kenyataannya kaum "Somocista" bekas aparat keamanan pemerintahan diktator Somoza yang diaktifkan kembali dalam laskar Contra menjalankan kebiasaan lama: menyiksa rakyat.

Para wartawan Barat tidak lagi diperkenankan menyertai operasi militer kaum Contra ketika uang CIA mulai tidak lancar. Dengan tunjangan kesejahteraan CIA itu, semula moral laskar Contra tinggi sekali.

Suplai senjata AS - senjata otomatis baru, radio medan modern, sepatu but yang yahud - bikin iri lawan mereka, para milisi Sandinista. Perang tidak perang, Contra merasa menang. Menjelang akhir tahun silam, waktu mereka mulai keok, mat kodak Charles Bonnay - veteran Perang Vietnam yang kini mangkal di Amerika Tengah - diundang menyertai sebuah unit pasukan Laskar Demokratik Nikaragua (FDN), kelompok Contra paling besar, melancarkan sebuah misi penting. Bonnay memanfaatkan waktu lima minggu bersama mereka, dan liputan langsung itu menghasilkan penilaian berharga - atau juga naif - tentang arus balik yang terjadi pada kaum pemberontak.

Mulanya diduga, sejumlah besar gerilyawan FDN itu adalah kaum Somocista. Tapi kenyataannya, komandan kelompok di berbagai sektor justru bukan bekas anggota "Cakrabirawa" sang diktator. Aureliano, misalnya. Dokter jempolan berusia 34 tahun itu teken kontrak iadi serdadu Contra karena kecewa pada cara Sandinista mencondongkan diri kepada komunisme. Di mata Bonnay Aureliano dinilainya cerdas dan menyenangkan, di samping memiliki kejujuran dalam mengabdikan diri kepada rakyatnya. "Perangku berikutnya," kata sang komandan "ditujukan terhadap kemiskinan dan kebodohan rakyat."

Selama patroli, Aureliano memeriksa kesehatan rakyat setempat dan memberikan perawatan kesehatan. Ketika berkeliling di sebuah desa pertanian, tiga bulan sebelumnya, ia membantu seorang ibu melahirkan bayinya. Nama Aureliano, kata Bonnay, acap muncul dalam siaran radio musuh. Ini menunjukkan bahwa ia orang yang dicari, dengan janji hadiah bagi yang menangkapnya. Pencarinya, tentu saia, rezim Sandinista.

Wakil komandan unit FDN Tito bertolak belakang dengan komandannya. Bangga akan masa dinasnya dalam Pengawal Nasional Somoza - pasukan keamanan paling ditakuti - Tito tidak menyembunyikan impiannya yang penuh sakit hati terhadap semua yang berbau Sandinista. Terluka dalam operasi militer sebelumnya, Tito, sekalipun pembaca Alkitab yang lahap, agamanya yang sejati adalah balas dendam. "Mukanya tidak akan berpaling, kalau ada kesempatan untuk melakukan pembalasan berdarah," ujar Bonnay. Ia pernah menyaksikan Tito menggosokkan krim ke kakinya, memotong kuku dan memeriksa butnya. Tak bisa lain, Tito adalah "pejuang lipstik" yang mencoba mengesahkan selera sadistisnya dengan dendam kesumat.

Toh di beberapa wilayah pertempuran, Bonnay terkesan juga pada sambutan yang diterima rombongan Contra di desa-desa yang mereka singgahi. Penduduk sering memberikan informasi tentang gerak-gerik musuh, dan menjual makanan dan bahan bakar kepada tamunya. Orang-orang bersenjata yang keluar dari belukar menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Dan mereka tahu apa yang dapat diharapkan dari dua pihak yang berperang. Para wartawan yang pernah menyertai kesatuan Sandinista (termasuk Jacobson) melihat penduduk desa yang sama begitu bernafsu mengabarkan perihal lokasi laskar Contra.

Menurut Aureliano, pasukannya memiliki misi penting untuk menggempur Kota San Sebastian Yali, dengan tujuan merebut dan mempertahankannya selama mungkin. Taktik dasar gerilya - pukul, lari, dan pukul lagi - berulang dijabarkan sebagai kebutuhan FDN untuk meraih kepercayaan politik di AS. Yaitu, sebagai kekuatan yang dapat diandalkan. Yang memedihkan, pasukan Sandinista telah duluan menduduki sebuah kota kecil di dekat perbatasan selatan Nikaragua dengan Costa Rica. Sebuah pertanda ketangguhan Contra sebagai kekuatan pemungkas telah dihancurkan.

* * *

Tak berapa lama setelah menyertai kelompok Contra, Bonnay menyaksikan sendiri perlakuan buruk kaum gerilyawan terhadap penduduk Nikaragua. Rakyat biasa yang dicurigai membantu musuh diinterogasi, dan banyak di antaranya, walau bukan dari kubu Sandinista, terpaksa menghadapi kekejaman Contra. Kampanye teror yang sistematis itu dapat dicari buktinya dari sejumlah guru, petugas puskesmas, dan para pejabat negara. Bisa pula diadakan kesaksian bebas tentang pengadangan terhadap sekelompok petani yang pergi kondangan orang kawin seminggu setelah hari Natal. Pengantin perempuan dan dua gadis pengiringnya termasuk di antara mereka yang kena bidas. Dalam serangan lainnya, menurut pengawas Amerika dari Komite Hak Asasi Manusia, tiga orang tidak bersenjata dan seorang nenek berusia 85 tahun diberondong mati.

Maret silam, pengawas Amerika tersebut menerbitkan sebuah laporan yang membandingkan tindakan Contra dan Sandinista dalam perang kotor kecil-kecilan. Terbukti, sementara perkembangan "peradaban" Sandinista semakin baik, FDN malah semakin jadi tukang bikin cedera paling busuk. Buku pedoman CIA tentang cara "menetralisasikan" pejabat Sandinista, kata laporan tadi, secara langsung bermaksud menghimpun kaum Contra untuk melakukan tindakan melanggar hukum perang. Laporan itu mengemukakan bukti yang dapat dipercaya bahwa Contra secara rutin mencederai bahkan membunuh penduduk sipil. Juga, menghabisi serdadu musuh yang terluka dan memperkosa wanita.

Laporan lain berasal dari Pusat Hak-Hak Konstitusional, yang berpangkalan di New York. Laporan itu menyebutkan, kaum Contra menggorok 18 petani setelah memusnahkan desa mereka. Sekretaris negara AS, El-liott Abrams, menyangkal dan menyerang kredibilitas dugaan-dugaan tanpa bukti itu. Tetapi penyidikan Kongres, berdasarkan bukti-bukti dari para agen CIA, ternyata mengungkapkan bahwa tindakan Contra di lapangan itu memang benar. Penemuan inilah yang menimbulkan gema berantai di kalangan masyarakat AS - yang otomatis takut dibilang biadab.

Beberapa pemimpin Contra secara pribadi mengakui, kaum gerilya telah melakukan kesalahan. Mereka bersikukuh bahwa kekejaman seperti itu lumrah saja bagi perang saudara di mana pun bisa terjadi. Bahkan mereka bersitegang bahwa pasukan Sandinista juga bersalah untuk perbuatan yang sama terhadap warganegara sipil. Perlu diakui, bukti-bukti jelas sukar diperoleh di Nikaragua yang dikontrol ketat.

* * *

PBB, Mei silam, meminta agresi Contra dihentikan. Negeri-negeri sahabat AS - Meksiko, Colombia, Panama, dan Venezuela - juga berjuang untuk mencapai perdamaian di kawasan Amerika Tengah. Toh Presiden Reagan bersikukuh hendak "pergi" ke Nikaragua. Mengapa? Bagi dia, ini tugas moral suci hari ini. Sebab, baginya, (yang menimbulkan banyak pertanyaan) Nikaragua versi Sandinista adalah negara totaliter, brutal, kejam, dan komunis. Ditanya tentang undang-undang yang bisa mengesahkan bantuan rahasia AS kepada Contra, presiden yang suka pada garis besar ini menjawab, usul-usul di Kongres "telah meniadakan pemahaman seutuhnya tentang apa yang sedang kita coba lakukan". Paham?

Cemoohan datang pula dari Gedung Putih. Presiden, kata mereka, bermaksud "menarik garis di atas debu". Pasalnya, Reagan masih juga ngotot agar Kongres menyetujui jumlah biaya yang paling dibutuhkannya, yaitu 14 juta dolar. Padahal, para penasihatnya telah memperingatkan bahwa pemerintah akan berhadapan dengan risiko gagal pada kebijaksanaan luar negerinya yang utama kalau tidak melakukan perubahan pendekatan. Pengaliran dana secara diam-diam kepada Contra melalui para sekutu yang siap membantu, seperti Korea Selatan dan Honduras, hanya akan membikin berang para anggota Kongres, yang memang mulai panas hati. Sementara itu, orang Honduras sendiri semakin gelisah berkenaan dengan pemakaian wilayahnya sebagai pangkalan militer, demi strategi AS di Amerika Tengah.

Tapi, Reagan tampaknya siap melakukan konfrontasi total dengan Kongres. "Mereka harus bertanggung jawab dan memperhitungkan masa depan Amerika Tengah," ujar seorang pejabat senior Gedung Putih. "Itulah cara yang d dipakai Presiden untuk mengamankan isu di depan umum."

Satu pilihan yang diam-diam dicobakan adalah AS menangguhkan - malah mungkin secara resmi memutuskan - hubungan diplomatik dengan Managua. Dewasa ini, diperkirakan 20% perdagangan luar negeri Sandinista dilakukan melalui perusahaan AS. Pemutusan hubungan ini terhitung dapat menorpedo bidang bisnis, bahkan mengacaukan Sandinista. Juga lebih gampang sebenarnya bagi Washington untuk mengakui sejenis pemerintah pengasingan Nikaragua - di Costa Rica, barangkali - yang dengannya AS bisa mengalirkan bantuan yang kurang bersifat terbuka. Lebih diplomatis dan tidak urakan. Toh, Reagan, si "Komunikator Agung", diharuskan menanyakan kepada rakyat melalui uji pendapat umum (poll). Untuk memenangkan pendapat umum inilah, berbagai upaya kalut kini sedang dilakukan untuk menyolder pertikaian berkepanjangan di antara sesama Contra. Mereka didorong untuk membentuk front persatuan supaya bisa meraih kepercayaan umum di AS.

Kaum Contra sendiri sebetulnya ketakutan setengah mati ditinggalkan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…