Barack Obama: Satu Pidato Tak Menyelesaikan Masalah

Edisi: 16/38 / Tanggal : 2009-06-14 / Halaman : 108 / Rubrik : WAW / Penulis : Bambang Harymurti, ,


SUARANYA lantang, tapi ramah. ”Halo, halo, halo,” katanya seraya memasuki ruangan. Tujuh wartawan berbagai negeri yang telah menunggu di sekeliling meja bundar di sebelah aula Universitas Kairo, Mesir, itu pun berdiri menyambut, Kamis pekan lalu.

Barack Obama baru saja selesai berpidato di aula universitas. Di depan sekitar 3.000 hadirin—sebagian besar mahasiswa—Presiden Amerika Serikat itu berbicara tentang negerinya, dunia Islam, dan mustahaknya perdamaian. Ia mengutip Al-Quran dan Taurat. Sepanjang 55 menit itu hadirin memberikan lebih dari 25 aplaus, dan dua kali teriakan ”I love you!”

Ia tak tampak lelah ketika memasuki ruangan wawancara. Sambil bersalaman, para wartawan mulai bertanya. ”Masih bisa berbahasa Indonesia?” wartawan Shahanaaz Habib dari koran The Star, Malaysia, menyapa. Obama menjawab dalam bahasa Indonesia yang fasih, ”Sudah banyak lupa.”

Wartawan Tempo, Bambang Harymurti, mengajukan empat pertanyaan, termasuk tentang rencana Obama menjenguk rumahnya di Menteng Dalam, Jakarta. Juga tentang sikapnya mengenai hubungan politik dan keyakinan agama.

Obama memang bukan penganut sekularisme murni, seperti umumnya kaum liberal di Partai Demokrat. Pengalamannya bergaul di kalangan aktivis gereja membuatnya melihat peran para pastor gereja kalangan berkulit hitam (black churches), yang biasanya juga aktivis sosial, bahkan politik.

Mengenakan setelan jas hitam dan dasi biru, Presiden Obama duduk di kursi dan memulai acara dengan santai, tapi serius. ”Kita kabarnya hanya punya waktu 30 menit, dan saya baru berpidato,” katanya. ”Jadi, sebaiknya kita mulai saja acara ini secara bergiliran.” Ia segera menunjuk Wafa Amr, wartawan perempuan koran Al Quds di Palestina.

Pertanyaan demi pertanyaan meluncur, dan Presiden Obama menjawabnya dengan penuh percaya diri. Agaknya, pengalamannya sebagai pengajar membuatnya campin menjelaskan masalah pelik dengan segar, karena selalu dilampiri senda gurau.

Tak terasa 50 menit berlalu, dan wawancara harus dihentikan. ”Saya sekarang ingin melihat piramida,” katanya. Namun para wartawan rupanya tak ingin melepaskan Obama begitu saja. Acara foto bersama dan minta tanda tangan pun sempat berlangsung sebelum presiden yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…