Setelah Bob Masuk Lapangan

Edisi: 31/15 / Tanggal : 1985-09-28 / Halaman : 64 / Rubrik : OR / Penulis :


PERAWAKANNYA kecil. Memelihara kumis dan dengan rambut agak gondrong, ia selalu tampil dengan gaya yang khas: pakaian yang jauh dari kesan formal. Malah dalam usia 45 tahun, sehari-hari ia selalu muncul dengan gaya pakaian anak muda.

Itulah Bob Hasan, ketua umum PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), satu dari tiga pembina olah raga yang Kamis pekan lalu menerima piagam penghargaan dari pemerintah lewat tangan Menteri Koordinator Kesejahte-raan Rakyat Alamsyah Ratu Perwiranegara.

Berkecimpung sepuluh tahun lebih di kegiatan atletik, pengusaha sejumlah perusahaan ini, rupanya, telah dianggap pantas menerima penghargaan atas apa yang sudah dilakukannya dalam kegiatan atletik. Putusan yang, agaknya, boleh dianggap tepat. Apalagi saat pemberiannya pun cocok.

Sebab, minggu ini juga, ketua umum PASI sejak 1978 itu membuktikan salah satu hasil kerjanya, yang baru pertama kali bisa dilaksanakan oleh pimpinan PASI: menyelenggarakan kejuaraan atletik tingkat Asia. Ini ikhtiar yang bisa jadi tak begitu gampang dibuat. Antara lain karena syarat untuk bisa menjadi penyelenggara kejuaraan terbilang berat, dan persaingan di antara 38 negara anggota Asosiasi Atletik Amatir Asia (AAAA) yang juga berminat menjadi tuan rumah kejuaraan dua tahun sekali itu besar.

Maka, bisa mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah kejuaraan itu suatu hal yang baru bagi atletik Indonesia. Tapi, tentu, bukan itu saja yang sudah dibuat pengusaha yang gemar olah raga renang, tenis, dan golf ini hingga ia terpilih sebagai salah satu pembina yang diberi penghargaan.

Apa saja sebenarnya yang telah dilakukan Bob Hasan selama memimpin PASI? "Banyak, sebenarnya. Tapi, saya orang yang kurang tahan duduk berlama-lama untuk menceritakan apa yang sudah saya perbuat," kata Bob ketika ditemui TEMPO, sekitar dua pekan lalu, di Stadion Madya, Senayan, di tengah kesibukannya mengawasi penyelenggaraan pertandingan atletik PON XI dan persiapan menjadi tuan rumah Kejuaraan Atletik Asia ke-6.

Bob sesungguhnya memang bukan orang baru di PASI. Ia sudah ikut menjadi pengurus sejak PASI dipimpin oleh bekas jaksa agung Soegih Arto dan bekas dubes RI di Jepang, Sajidiman. Karena itu, jika ia mengatakan "banyak" yang telah diperbuatnya setelah jadi ketua umum, itu karena persoalan yang membelit atletik Indonesia ketika itu memang cukup berat. "Atletik tak populer, dan prestasi para atlet rendah. Bahkan lawan Singapura saja kalah," kata Bob.

Toh dalam kondisi seperti itu, ia, tujuh tahun lalu, bersedia jadi ketua umum. "Karena saya suka olah raga, terutama atletik, dan saya merasa cukup mampu memperbaiki," ucap Bob lagi. Keadaan itulah yang kemudian pelan-pelan diperbaikinya. Mula-mula dengan menata organisasi atletik itu dan kemudian memilih personil yang bisa cocok bekerja sama dengan dia.

Adalah dia sendiri yang memilih M. Sarengat - bekas sprinter yang kini jadi dokter pribadi Wakil Presiden, Menteri Negara Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri, Ginandjar Karta sasmita, dan dirut BDN, Widarsadipradja sebagai pengurus di jajaran ketua PASI. Lewat diskusi dengan mereka itulah Bob Hasan mengaku, PASI kemudian berusaha mengatasi ketidakpopuleran atletik dengan melancarkan kampanye ke pelbagai daerah.

Di bawah PASI, yang berdiri sejak 1950, sebenarnya cabang olah raga ini sudah tumbuh dan dimainkan oleh pelbagai lapisan peminat. Tak kurang KONI sendiri pernah memprioritaskan atletik dan sepak bola sebagai cabang yang pertama kali diikuti olahragawan Indonesia di Asian Games I, 1951, di New Delhi, India. Hasilnya lumayan. Waktu itu, kendati sepak bola kalah, atletik bisa merebut lima medali perunggu. Antara lain dimenangkan Hendarsih, lompat jangkit, dan Ani Salamun, lempar lembing.

Sejak itu, dan setidak-tidaknya sampai Asian Games IV, 1962, atletik boleh dibilang termasuk cabang olah raga yang banyak peminatnya. Hampir di setiap nomor pada tingkat Asia terdapat atlet Indonesia yang prestasinya tak ketinggalan. Bahkan beberapa di antaranya pernah membikin rekor cukup baik. Misalnya rekor yang pernah dihasilkan pelari-pelari: M. Sarengat untuk nomor 100 m dan 110 meter gawang, Gurnam Singh untuk jarak jauh dan maraton, serta Charanjit Singh untuk jarak menengah, 800 m dan 1.500 meter. Beberapa di antara rekor nasional mereka sampai sekarang belum terpecahkan.

Setelah angkatan Sarengat, bintang baru tak lagi muncul, dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…