Sri Mulyani Indrawati: Pemerintah Tak Pernah Bisa Menjadi Neolib

Edisi: 17/38 / Tanggal : 2009-06-21 / Halaman : 126 / Rubrik : WAW / Penulis : TIM TEMPO, ,


Menteri Keuangan Sri ­Mul­yani Indrawati seper­ti sedang berada di atas roller­ coaster. Di tengah pereko­nomian dunia yang sedang menurun, harga minyak tibatiba melesat hingga di kisaran US$ 70 per barel. Padahal harga minyak pada awal tahun baru setengahnya. Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak bisa mendatangkan berkah, tapi dapat pula mendatangkan kerepotan.

Menurut bekas Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini, minyak bumi menjadi berkah atau petaka bergantung pada nilai tukar rupiah, volume (produksi dan konsumsi dalam negeri), dan tentu saja harga. Jika kenaikan harga minyak diikuti menguatnya rupiah, si emas hitam akan menambah gemuk pendapat­an peme­rintah. Namun ada risiko lain, yakni beban subsidi bahan bakar mi­nyak naik.

Meski demikian, Sri Mulyani menjamin harga bahan bakar minyak tidak akan dinaikkan selama harga mi­nyak tak melampaui US$ 70an. Menurut dia, pada saat seperti inilah pemerintah diuji, apakah menggunakan pendekatan neoliberalis­me atau kerak­yatan. ”Kalau neolib, harga akan dibiar­kan mengikuti pasar, dan biarkan masyarakat berdarahdarah,” kata­nya kepada Tempo yang menemui­nya Selasa dua pekan lalu.

Harga minyak naik lagi, apa dampaknya terhadap pemulihan ekonomi?

Soal kenaikan harga minyak yang sudah sampai US$ 70 per barel ini, ada mixed feeling. Di satu sisi, kenaik­an harga ini menunjukkan ekonomi dunia sudah berdenyut lagi. Harga minyak terkoreksi mendekati harga yang lebih normal, the real value. Namun, di sisi lain, beberapa bulan lalu dunia masih menyimpan trauma dengan harga mi­nyak yang begitu tinggi.

Lalu, kalau harga minyak kembali melesat, bagaimana kebijakan peme­rintah? Ini berarti sudah mendekati debat sebenarnya, bagaimana kelompok neoliberal bereaksi dan apa yang akan dilakukan kelompok pendukung ekonomi kerakyatan. Kalau neolib, itu berarti biarkan harga mengikuti pasar dan biarkan masyarakat berdarahdarah. Peran pemerintah hanya minimal. Faktanya, pemerintah Indonesia tak pernah bisa menjadi neolib.

Apa yang akan dilakukan pemerintah?

Pemerintah punya instrumen subsidi. Masalahnya, seperti apa kebijakan yang paling efektif dan rakyat­ mana yang harus dilindungi. Ini soal pemihakan. Kalau semua orang mendapat subsidi bahan bakar ­minyak murah, rakyat miskin hanya akan ­menikmati subsidi dari busway atau angkot. Sebaliknya, kelas menengah­ atas menikmati subsidi lebih banyak.­ Mereka punya pendingin udara, kulkas, motor, atau mobil.

Sampai harga minyak berapa, anggaran negara bisa bertahan?

Anggaran negara itu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…