Orang Kita Di Arab Saudi ; Memenuhi Panggilan Rial
Edisi: 36/15 / Tanggal : 1985-11-02 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :
RABU siang 23 Oktober 1985 itu, Serda Taufiq, seorang anggota polisi dari Polsek Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sedang berjaga di depan gedung PTIK, Jalan Tirtayasa Raya. Mendadak ia mendengar suara gaduh dari sebuah rumah bertingkat yang terletak persis di depan PTIK. Taufiq mendekat.
Dari balik pagar bambu setinggi dua meter, Taufiq melihat beberapa wanita melambaikan tangan dari sebuah jendela di lantai dua. Tiba-tiba sebuah botol plastik dilemparkan kepada Taufiq. Isinya sebuah surat yang ditulis di sehelai kerlas yang disobek dari buku tulis. Bunyinya: Tolong, Pak. Kita semua ada yang 4 bulan, 3 bulan belum diberangkatkan. Tetapi yang baru banyak yang berangkat dan orang-orangnya dipilih-pilih. Yang jelek, lama belum berangkat. Saya sedih sekali. Lama-lama di sini tak betah, seperti burung dalam kurungan. Pada akhir surat terbaca: Dari semua orang penampungan yang menderita.
Polsek Kebayoran Baru ternyata cepat tanggap dan gesit. Kapolsek Mayor (pol.) Hari Soeprapto segera memerintahkan penyelidikan. Hasilnya: rumah di Jalan Tirtayasa 48 itu rupanya dijadikan tempat penampungan tenaga kerja PT Bandar Benua Corporation (BBC) yang akan dikirim ke Arab Saudi.
Malam harinya, sekitar pukul 23.00, polisi berpakaian preman yang mengamati rumah sasaran, menyaksikan keributan lagi. Ada mobil-mobil keluar dari rumah itu. "Rupanya, untuk mencari dua TKW yang lari kabur," kata Serda Sianturi, yang malam itu ikut mengamankan rumah itu.
Sekitar tengah malam, polisi mulai penggerebekan. Dua penjaga malam di situ, Matahir dan Mustadji, pencari kerja ke Arab Saudi yang menyambi menjadi penjaga, melarang polisi masuk. Dengan melompat pagar, para petugas itu akhirnya bisa masuk. Ternyata, pintu menuju loteng terkunci. Terjadi lagi ribut-ribut karena para penjaga mula-mula menolak memberikan kunci pintu ke loteng. Di rumah itu polisi menemukan 75 pencari kerja, 65 di antaranya wanita. Mereka bersorak-sorai tatkala polisi menyerbu masuk loteng. Tatkala ditanya, siapa yang ingin pulang, 11 orang TKW mengacungkan tangan. Esoknya, 25 Oktober, dengan dibekali masing-masing Rp 20 ribu dari PT BBC, mereka dipulangkan ke daerah asal mereka.
Seorang di antaranya adalah Sumriyeh, 16. Begitu sampai di rumahnya di Sumber Butuh, Bali Rejo, Gondang Legi, Malang, Jawa Timur, Sumriyeh langsung menangis, hingga mengagetkan keluarganya. "Soalnya, selama empat bulan di Jakarta, saya merasa mendapatkan siksaan dan tekanan batin," kata lulusan ibtidaiyah (SD) itu.
Kisah Sumriyeh dimulai beberapa bulan lalu, tatkala seorang tetangganya, Muslihah 25, kembali dari Arab Saudi setelah dua bulan bekerja di sana, konon karena disuruh pulang suaminya. Mendengar bahwa seorang TKW di Arab Saudi bisa mendapat gaji sebulan Rp 150 ribu, Sumriyeh pun tergiur. Karena itu, ia mau saja waktu diajak Muslihah ke Jakarta. Ayahnya, Sukri, seorang buruh tani miskin, juga merelakan kepergiannya. "Ya, barangkali ada nasib. Sebab, banyak orang bercerita, bekerja di Arab Saudi bisa cepat kaya dan dapat naik haji," tutur Sukri.
Bersama Muslihah, dan Nurhasan - kakak Sumriyeh yang juga mau ke Jakarta Sumriyeh pun berangkat. Bekal kakak-beradik itu Rp 25 Ribu. "Itu pun dapat pinjam," kata Munirah, ibu mereka. Itu perjalanan jauh pertama Sumriyeh karena sebelumnya ke Malang saja ia belum pernah. Begitu sampai di Jakarta, Sumriyeh pun masuk ke panampungan PT BBC di jalan Tirtayasa itu, tanpa bekal uang sepeser pun.
Di sini penderitaan Sumriyeh dimulai. Ia ditempatkan di loteng bersama puluhan TKW lainnya, dan mengaku sering dibentak-bentak. "Kami tidur kayak pindang, tidak pakai bantal dan alasnya tikar plastik," ceritanya tatkala ditemui di rumah orangtuanya pekan lalu. Mereka mendapat jatah makan dua kali sehari, pukul 13.00 dan pukul 19.00. Yang paling membuat mereka tidak kerasan: mereka merasa hidup dalam bui. Loteng itu selalu terkunci. Yang boleh keluar hanya yang bertugas mengepel, menyapu atau membersihkan kebun. Menurut pengakuan Sumriyeh, selama di penampungan mereka sama sekali tidak pernah mendapat latihan atau pendidikan.
Menurut…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?