Wiranto: Pemilu Bukan Menang-menangan Survei

Edisi: 19/38 / Tanggal : 2009-07-05 / Halaman : 106 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,

Jangan sungkan-sungkan,” ujar Jenderal Purnawirawan Wiranto sembari mengambil secentong nasi dan sejumput kentang goreng. Menu sarapan pagi itu cukup bersahaja. Ada tumis kacang panjang, kentang, tempe goreng, dan opor ayam. Menu itu juga yang dinikmati puluhan orang yang ada di rumahnya pagi itu—mulai tukang sapu sampai petugas pengamanan dari negara, yang khusus mengawal calon wakil presiden yang berpasangan dengan Jusuf Kalla ini.

Wawancara sambil sarapan itu pun berlangsung santai di pendapa rumah joglo yang sekaligus jadi ruang rapat Partai Hanura, partai yang didirikan bekas Panglima Tentara Nasional Indonesia ini. Alunan suara perkutut terdengar bersahut-sahutan, menambah adem suasana kediaman Wiranto di kawasan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis pagi dua pekan lalu.

Pada usia 62 tahun, Kanjeng Pangeran Wiranto Wirowijoto ini semestinya sudah bisa menikmati hidup ayem tentrem seperti layaknya priayi Jawa. Tapi dia mengaku masih punya semangat. ”Saya peduli dengan negeri ini dan saya ingin ada pembaruan,” kata Wiranto.

Sebenarnya, dia pernah mendapat kesempatan merebut kekuasaan. Ia ”dihadiahi” Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 1998—semacam Supersemar—oleh Soeharto, tapi dia tak memanfaatkannya untuk mengambil alih pucuk pimpinan negara.

Sejenak rihat, Wiranto muncul lagi meramaikan bursa pemilu presiden 2004. Saat itu dia tak beruntung. Meski disokong Partai Golkar, yang memenangi pemilu legislatif, Wiranto dan Salahuddin Wahid kandas di putaran pertama. Karateka dan pecandu bulu tangkis yang masih tampak gagah dan segar ini selama hampir satu setengah jam melayani pertanyaan wartawan Tempo Agus Supriyanto, Ahmad Taufik, dan Ramidi. Sebelumnya, di Solo, Wiranto sempat menjawab pertanyaan Ahmad Rofiq, koresponden Tempo.…

Keywords: -

---

Foto Terkait