Triumphalisme, Pragmatisme, Dan Populisme

Edisi: 19/38 / Tanggal : 2009-07-05 / Halaman : 110 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,


Ignas Kleden
# Sosiolog, Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID)

Kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden sedang berlangsung saat ini dengan persaingan terbuka di antara tiga pasang calon. Pada dasarnya tiap kampanye yang baik mempunyai sekurang-kurangnya dua manfaat. Manfaat pertama adalah memenangkan calon yang dikampanyekan, dan kedua, adanya kesempatan untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat.

Ketika Bung Karno diadili di Bandung pada akhir 1930 oleh pengadilan Belanda karena dituduh menghasut masyarakat dan menimbulkan kebencian terhadap pemerintah, pembelaan yang disiapkannya sama sekali tidak dimaksudkan untuk memenangkan perkaranya. Dengan sadar, dia menjadikan pleidoi itu sebagai kesempatan memberikan penerangan kepada rakyat bahwa kolonialisme adalah sistem yang selalu mengisap kekayaan dan tenaga penduduk koloni, bahkan dalam kebijakan yang kelihatannya menolong rakyat. Kolonialisme melanggar hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri, dan karena itu harus ditolak dan dilawan.

Kalau kita mengikuti kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden sekarang ini, kesadaran tentang pendidikan politik bagi rakyat itu bagaikan menghilang dari ucapan dan perilaku dalam kampanye dan debat politik. Ini patut disayangkan, karena kampanye dapat menjadi kesempatan sebaik-baiknya, dengan sarana yang amat efektif seperti televisi, untuk melaksanakan pendidikan politik bagi rakyat. Tema kampanye cenderung terpusat pada pemenangan calon dan berkutat dengan kemungkinan kalah-menang serta turun-naiknya skor dalam polling. Dengan penyempitan tema seperti itu terjadi pula pemiskinan gagasan.

Kampanye, sayangnya, menjadi egosentris. Keberhasilan calon ditonjolkan, kelemahan pesaing dibesar-besarkan, dan janji masa depan diobral royal. Dengan penyempitan ruang tematis, sulit pula dilakukan manuver-manuver dalam diskursus yang memberikan perspektif baru dalam politik nasional. Kekeringan intelektual menimbulkan kegersangan bahasa, stilistik jauh dari inovatif, dan diksi politik hanya merefleksikan gabungan yang miskin…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04

Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…

D
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04

Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…

Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04

Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…