Pop Iya, Mi Instan Bukan
Edisi: 20/38 / Tanggal : 2009-07-12 / Halaman : 55 / Rubrik : IMZ / Penulis : Purwanto Setiadi, Agung Sedayu, Ismi Wahid
Dua hari menjelang konser di Rolling Stone Live Venue awal Mei lalu, awak Kadri Jimmo the Prinzes of Rhythm terlihat santai. Kadri, satu dari dua vokalis band itu, mengirimkan pesan pendek ke wartawan yang mau mewawancarainya: âSaya sedang makan nasi padang, mau ikut? Ha-ha-haâ¦.â Malam itu mereka hendak berlatih di satu studio yang masih beraroma material interior baru di Gandaria, Jakarta Selatan. Malam dipilih karena sebagian besar dari mereka merupakan orang kantoran, yang mesti kerja nine-to-fiveâitu kalau semua urusan normal.
Dan malam itu ada satu orang yang urusannya tak normal. Dialah Hayunaji atau Iyoen, sang penabuh drum. Sampai Fadhil Indra menghabiskan nasi gorengnya, lalu mulai mengeset perangkat keyboard-nya dan membimbing rekan-rekannya menjalani latihan, Iyoen yang bekerja di salah satu bank itu belum juga tampak. Hampir dua jam kemudian, persis tengah malam, ketika akhirnya masuk ke dalam studio, dia berkata, âMaklum, karena Pak⦠(menyebut nama bosnya) perfeksionis.â
Mereka melatih lagu-lagu yang akan mereka sajikan dalam konser. Ada modifikasi aransemen, yang menjadikan lagu-lagu mereka sedikit berbeda dibandingkan dengan yang terdapat di dalam album rekamannya. Dan untuk itu mereka mesti menyesuaikan sound beberapa instrumen, juga bagaimana instrumen-instrumen itu dimainkan agar tak bertabrakan.
Kadri Jimmo the Prinzes of Rhythm belum setahun aktif. Tapi sesungguhnya setiap personel merupakan musisi berpengalaman. Wajar mereka bisa berlatih tanpa bergegas. Yang membuat mereka sama saja dengan band-band lain adalah upaya yang mesti mereka kerahkan untuk bisa tampil lebih sering, agar lagu mereka lebih kerap diperdengarkan. Faktor inilah yang memungkinkan mereka memperoleh tempat di tengah-tengah persaingan dan dominasi musik pop yang seragam dan, meminjam judul satu lagu, bisa bertema âcinta meluluâ.
Itulah judul lagu milik Efek Rumah Kaca. Ini band dari Jakarta yang terdiri atas Adrian Yunan Faisal (bas, vokal latar), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar), dan Cholil Mahmud (vokal, gitar). Dalam lagu yang merupakan sindiran terhadap kecenderungan yang dewasa ini seperti meluas itu, mereka bernyanyi: Nada-nada minor/Lagu perselingkuhan/Atas nama pasar semuanya begitu kliseâ¦.
l l l
Dibanding Kadri Jimmo, Efek Rumah Kaca aktif lebih dulu, sejak 2001, dengan nama Hush, tapi baru pada 2007 mereka merilis album dengan menggunakan nama Efek…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…