Mimpi Indah Di Masa Sulit
Edisi: 24/38 / Tanggal : 2009-08-09 / Halaman : 52 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Tim Lipsus, ,
Sejumlah bank papan atas berancang-ancang menjadi pemain berskala regional. Dari sisi kapitalisasi pasar, meski masih berat, hanya tiga bank yang berpeluang: BCA, BRI, dan Bank Mandiri. Namun âmimpi indahâ itu masih terbentur banyak soal, termasuk birokrasi di negara tujuan ekspansi. Di pasar domestik, bank-bank pemuncak tadi bertarung head-to-head.
Di papan tengah, ada juga yang kian berfokus ke bisnis inti setelah diakuisisi pemain asing. Mereka kian bersemangat menyerbu pasar domestik yang masih menganga. Selain Cina, Malaysia, Singapura, dan Australia, India pun makin agresif. Siapakah pemain lokal yang bakal bertahan, turun kelas, atau siap diakuisisi asing di masa sulit dengan sederet persyaratan ketat ini?
AGUS Martowardojo punya mimpi indah yang tak mudah diwujudkan. Direktur Utama Bank Mandiri ini membayangkan bank yang ia pimpin menjadi pemain tangguh di tingkat regional. Ia berharap salah satu bank papan atas Indonesia ini bisa sejajar dengan para pemain di level itu, seperti DBS Bank dan United Overseas Bank, Singapura.
Jalan menuju impian itu sungguh berkelok. Faktanya masih jauh panggang dari api. Kapitalisasi Bank Mandiri kini âcumaâ US$ 7,3 miliar. Ia masih kalah ketimbang bank Malaysia seperti Maybank (US$ 11,23 miliar) atau CIMB, yang mencatat US$ 8,5 miliar. Yang paling mendekati ada dua bank: BCA dan BRI, yang masing-masing sudah di atas US$ 8,5 miliar.
United Overseas Bank? Kapitalisasi pasarnya jauh meninggalkan ketiga bank paling top Indonesia itu. UOB sukses mencapai US$ 18,1 miliar atau lebih dari dua setengah kali lipat Mandiri. Menurut Agus, untuk bisa bertarung dengan mereka, bank-bank Indonesia setidaknya mesti memiliki kapitalisasi pasar US$ 10 miliar.
Ekspansi bank-bank dari negeri sebelah itu menembus banyak negara. CIMB sudah berekspansi ke tiga negara, termasuk menguasai CIMB Niaga, bank terbesar kelima di Indonesia. Maybank punya 90 kantor internasional. Bank terbesar Malaysia ini tahun lalu mengakuisisi 15 persen saham An Binh Bank (Vietnam), 20 persen saham MCB Bank Ltd. (Pakistan), dan menguasai 97,5 persen saham Bank BII.
Kisah serbuan bank-bank asing ke Tanah Air terjadi sejak krisis moneter menghantam Asia pada pertengahan 1997. Saat itu pintu perbankan di Indonesia sengaja dibuka lebar-lebar. Dua tahun kemudian, asing boleh menguasai 99 persen saham bank. Batasan itu jauh lebih tinggi ketimbang yang dipatok Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebesar 85 persen.
Akibatnya, ekspansi asing seperti tak terbendung. Pada 1999, pangsa pasar bank asing baru 11 persen, sedangkan kini sudah di atas 65 persen. Praktis, bank lokal yang terlihat mata hanyalah empat bank pemerintah (Mandiri, BRI, BNI, dan BTN), Bank BCAâyang sudah dikuasai sepenuhnya oleh Djarumâdan Bank Mega, milik pengusaha Chairul Tanjung.
Selebihnya sudah dimiliki bank atau investor asing. Pada mulanya, bank asing masuk dengan membeli bank-bank yang dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Pascakrisis 1997, Badan Penyehatan Perbankan Nasional menjadi penguasa bank di Indonesia setelah mengambil alih bank-bank bermasalah.
Angin segar untuk asing makin kencang bertiup. Investor dan bank asing itu makin berbondong-bondong masuk tak bisa dibendung setelah Bank Indonesia mencanangkan Arsitektur Perbankan Indonesia pada Januari 2004. Berdasarkan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…