Para Perupa Tak Tahu Malu

Edisi: 24/38 / Tanggal : 2009-08-09 / Halaman : 94 / Rubrik : SR / Penulis : Bambang Bujono , ,


DULU, orang bilang ”lupakan judulnya, nikmati lukisannya”. Ini karena banyak judul karya seni rupa yang tak jelas kaitannya dengan karyanya. Judul, pada akhirnya, hanyalah tanda sebuah karya yang sering tak terkait dengan karya itu sendiri.

Kini, di zaman yang disebut kurator mutlak ada di setiap pameran, seruan itu tampaknya perlu diubah. ”Lupakan gemanya, nikmati saja pamerannya.” Tema, lazimnya dibikin oleh kurator, dijelaskan panjang-lebar di bagian awal katalogus, seolah itulah ”nyawa” pameran yang dikuratorinya itu. Ada penjelasan yang ”netral”—bisa dilupakan dan tak ada salahnya disimak. Ada yang justru menimbulkan tanda tanya karena sulit dikaitkan dengan pamerannya.

Menurut saya, pameran bertajuk Seni Rupa Rai Gedheg—harap maklum, ini bahasa Jawa, bukan kata-kata harfiah, melainkan sebuah ungkapan yang artinya ”Seni Rupa Tebal Muka” alias seni rupa tak tahu malu—termasuk yang ”netral”. Maksud saya, ada baiknya juga katalogus ini dibaca, terutama tulisan Sindhunata, Pemimpin Redaksi Majalah Basis, majalah kebudayaan dan lain-lain. Sedangkan penjelasan kuratorial oleh Ong Hari Wahyu boleh dibaca boleh tidak, karena tak secara langsung ”menjelaskan” satu per satu karya. Ini merupakan ”konsep” tentang rai gedheg yang bisa dibaca tanpa perlu ada pamerannya. Mungkin ini…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16

Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…

Y
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16

Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…

P
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05

Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…