’cicak’ Dan ’buaya’ Masih Siaga

Edisi: 24/38 / Tanggal : 2009-08-09 / Halaman : 98 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Anne L. Handayani, Rini Kustiani, Munawwaroh


PEMBICARAAN itu terjadi di Singapura. Di sanalah Antasari Azhar, saat itu masih berstatus Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, bertemu dengan Anggoro Widjojo, Direktur PT Masaro Radiokom, perusahaan komunikasi yang kasusnya tengah diperiksa KPK.

Pembicaraan penting—dan super-rahasia—terjadi. Kepada Antasari, Anggoro yang ”lari” dari Indonesia itu meminta Antasari menolong dirinya keluar dari kasus yang tengah menjeratnya. Masaro diduga melakukan kongkalikong dalam proyek Sistem Radio Komunikasi dan Radio Terpadu Departemen Kehutanan, yang membuat negara rugi Rp 13 miliar.

Nah, ini yang gawat. Dalam pembicaraan itu, Anggoro menyampaikan pengakuan yang bisa jadi tak diduga Antasari: Ia telah memberikan uang kepada Direktur Penindakan KPK Ade Rahardja, dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bidang Pencegahan, Mochammad Jasin. ”Dia mengaku memberikan uang itu kepada kedua orang tersebut di sebuah rumah makan korea di seputar Kuningan,” ujar sumber Tempo ini. Rumah makan di Kuningan, Jakarta Selatan, itu tak jauh dari kantor Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sumber Tempo tak menerangkan lebih detail soal ini. Rekaman pembicaraan itu, menurut sumber Tempo, kini ada di tangan polisi. ”Mabes sedang menyelidiki penyuapan yang diterima pimpinan KPK tersebut,” ujarnya. Mabes yang dimaksud adalah Markas Besar Kepolisian RI.

Pekan lalu, seorang sumber Tempo yang kerap berhubungan dengan kepolisian memberikan informasi lebih jelas. Sumber ini, seorang praktisi hukum, mengakui rekaman itu memang ada. Rekaman tersebut, ujar sumber ini, diambil dari komputer jinjing milik Antasari saat penyidik Polda Metro Jaya menggeledah ruang kerjanya. Sebelum diambil, rekaman itu diperdengarkan kepada sejumlah pejabat KPK, termasuk Antasari, yang saat itu turut dalam penggeledahan tersebut.

Menurut sumber ini, ada empat orang terlibat dalam percakapan itu. Dua di antaranya diduga merupakan suara Antasari dan suara Anggoro. Dalam rekaman itu, kata sumber, memang disebut Mochammad Jasin dan Ade Rahardja menerima uang dari Anggoro. ”Enam itu untuk Pak Ade dan Pak Jasin sama Pak Bambang dan tim penyidik 12 orang,” kata sumber itu menirukan ucapan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…