Kematian Di Kaki Bukit

Edisi: 25/38 / Tanggal : 2009-08-16 / Halaman : 28 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Sunudyantoro, Yophiandi, Munawwaroh


TIGA anggota tim penyergap Detasemen Khusus 88 Antiteror mengendap-endap di dekat rumah itu. Sejenak mereka melongok jendela, lalu bergeser ke arah belakang. Seorang dari mereka lalu menyepak pintu bagian bawah. Tapi pintu itu tak bergerak. Pintu bagian atas lalu dihantam dengan lengan. Terbuka. Pelan-pelan polisi itu menarik daun itu ke arah luar.

Tak segera masuk, mereka mundur lalu mengintai dari jarak enam meter. Tiga menit kemudian secara serempak timah panas dimuntahkan. Tar-tar-tar...! Tak lama. Semenit kemudian, seorang polisi memerintahkan tembakan disetop. Sunyi. Tak ada reaksi dari dalam. Segera mereka masuk rumah. Sekitar lima menit, polisi berada di dalam. Sebentar kemudian, mereka keluar. Sang buron dipastikan tewas. Beberapa polisi terlihat satu sama lain mengadu telapak tangan. Misi selesai.

Itulah akhir kisah pelarian buron nomor satu negeri ini, Noor Din Mohammad Top. Pria kelahiran Kluang, Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968 ini meregang nyawa di kamar mandi rumah persembunyiannya. Rumah berdinding tembok milik Muhzahri, 70 tahun, di Dusun Beji, Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu siang pekan lalu. ”Kami pastikan Noor Din tewas,” kata seorang perwira polisi. Namun Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri belum resmi mengkonfirmasi, ”Apakah Noor Din atau bukan, belum bisa kami pastikan.”

Aparat kini telah mengumpulkan DNA anak Noor Din untuk dicocokkan dengan sang buron. Sepekan lalu, dikabarkan DNA anak Noor Din dari istri pertama telah pula diambil. Kabar bahwa Noor Din telah ”dikunci” memang telah beredar di kalangan wartawan seminggu lalu.

Tiga jam sebelum kematian itu, polisi masih berusaha mendobrak pintu depan. Bom berdaya ledak rendah mereka gunakan. Pintu terbuka. Robot berkamera segera disusupkan masuk rumah. Polisi melakukan itu setelah gagal membujuk si buron menyerah. Sejak Jumat petang, polisi mengepung dari sisi kiri, kanan, dan depan.

Sabtu pagi itu, pasukan penyergap dari tim antiteror bergerak naik ke bukit, persis di belakang rumah. Sempat pula terjadi dialog antara polisi dan Noor Din. Ia tak ingin menyerah. ”Dia bilang, harus ada polisi yang mati,” kata sumber Tempo. Sumber lain menyatakan, dari dalam rumah sempat ada pengakuan, ”Saya Noor Din.” Ada pula cerita, Noor Din sempat merintih.

Jumat tengah malam, suara tembakan memecah keheningan. Sejak sore, warga sekitar berjubel menyaksikan peristiwa ini pada jarak 50-100 meter. Tepat pukul 24.00, polisi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…