Menjinakkan Para Pengantin
Edisi: 26/38 / Tanggal : 2009-08-23 / Halaman : 206 / Rubrik : NAS / Penulis : Wahyu Dhyatmika, Akbar Tri Kurniawan, Iqbal Muhtarom
DIBANDING beberapa tahun lalu, Hamid, sebut saja namanya begitu, kini sudah berubah. Dulu, dia bertugas sebagai kurir yang menghubungkan para pemimpin jaringan bawah tanah Jamaah Islamiyah. Kini, dia mahasiswa ekonomi sebuah perguruan tinggi. âBiaya kuliah saya dibantu polisi,â katanya berterus terang.
Pria berperawakan kecil ini sudah menjalani program deradikalisasi yang digagas Detasemen Khusus 88, satuan khusus antiteror Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, sejak ditangkap pascapeledakan bom di Kedutaan Besar Australia, lima tahun lalu. âAksi militer atas nama Islam sudah tidak relevan,â ujarnya ketika dihubungi pekan lalu. Dia sekarang bertekad menguatkan ekonomi umat Islam. âDakwah itu harus yang berguna untuk masyarakat,â katanya.
Dalam catatan polisi, ada lebih dari 430 orang yang ditangkap karena dituding terlibat teror. Separuh di antaranya sudah bebas dari penjara. Pada masa Detasemen Khusus 88 dipimpin Brigadir Jenderal Suryadharma (kini purnawirawan), program deradikalisasi atas para eks narapidana teror gencar dilakukan. Namun program itu kini tak jelas kelanjutannya.
âPolisi tidak bisa diberi tanggung jawab menangani semuanya,â kata Kepala Bidang Penerangan Umum Divisi Humas Kepolisian Indonesia Komisaris Besar I Ketut Untung Yoga Ana. âMasak yang menangkap diminta membina juga?…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?