Membuka Sumbat Pabrikan Padat Karya
Edisi: 28/38 / Tanggal : 2009-09-06 / Halaman : 58 / Rubrik : SUR / Penulis : Retno Sulistyowati,, Muh. Syaifullah ,
LENGKAP sudah derita Jadin Jamaluddin, pengusaha tekstil Yogyakarta. Enam puluh mesin produksinya mangkrak. Berbagai alat pemintal porak-poranda oleh gempa bumi yang melanda kota itu, pertengahan 2006. Cuma tersisa tiga buah. Itu pun saat ini nganggur, tidak ada produksi.
Jadinâs Texcraft, pabrik tekstil milik Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Wilayah Yogyakarta itu di Karangnongko, Sewon, Bantul, pun tutup usia. Dua ratus lebih karyawan dirumahkan. Mesin yang rusak dijual kiloan. Padahal alat itu dulu dibeli Rp 200 juta per buah.
Industri tekstil nasional memang sedang loyo. Departemen Perindustrian mencatat pertumbuhan sektor itu minus 2,4 persen pada paruh pertama tahun ini. Empat subsektor industri lain juga negatif, yakni subsektor logam dasar, besi, dan baja; alat angkut, mesin, dan peralatan; semen dan galian non-logam; serta kayu dan hasil hutan.
Persoalannya, pengolahan merupakan sektor yang memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, manufaktur memberikan kontribusi 22,86 persen terhadap pertumbuhan triwulan kedua tahun ini, susut dibanding triwulan pertama yang 23,40 persen.
Manufaktur pun menjadi andalan untuk menyerap tenaga kerja. Per Februari 2009 sektor ini menyedot 12.615.440 angkatan kerja, naik ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang menyediakan 12.440.141 lapangan kerja. Dalam keadaan loyo pun, sektor ini…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Masih Terganjal Bahan Pokok
2007-12-02Denyut perekonomian indonesia sepanjang triwulan ketiga yang lalu terus membaik. para pemimpin teras perusahaan juga…
Tumbuh Bersama Sejumlah Risiko
2008-06-08Pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama bisa jadi mengejutkan sejumlah kalangan. di tengah badai harga minyak…